Jumat, 14 Juni 2019

Celebes, I'm coming !


Setelah memasuki dan duduk di kursi pesawat yang akan membawaku terbang ke luar Pulau Jawa, aku memejamkan mata ku sejenak sambil sesekali menengok ke jendela pesawat. Terbayang - bayang di benakku, bagaimana kehidupanku nanti disana ? Bagaimana aku menjalankan tugasku dengan baik disana, padahal banyak hal yang belum kumengerti tentang bidang pekerjaanku ini ? Lalu, apakah disana aku akan bertemu dengan orang - orang yang kooperatif denganku, atau justru sebaliknya ? ...

Tepat 2 bulan lalu aku telah diterima di salah satu perusahaan swasta yang tengah berkembang sangat pesat di Indonesia, setelah 3 bulan menganggur semenjak tanggal kelulusanku dari "Kampus Perjuangan". Aku menjalani masa training di Semarang, dimana aku akan mempelajari ilmu dasar dari bidang pekerjaanku ini sebelum diterjunkan ke lokasi penempatan, yaitu ilmu logistik dan manajemen rantai pasok. Sebagai seorang sarjana teknik kimia, ilmu logistik dan manajemen rantai pasok merupakan hal yang asing bagiku, karena di teknik kimia hal yang kupelajari adalah tentang desain proses kimia dan unit - unit operasi. Selama training, aku mempelajari bagaimana alur administrasi penjualan, distribusi barang ke customer maupun antar cabang, manajemen gudang dan inventory, serta cara mengoperasikan software yang bernama SAP. Pada rencana awal, masa trainingku seharusnya 3 bulan. Namun karena suatu hal, keberangkatanku dipercepat sehingga aku hanya menjalani masa training selama 2 bulan....

**
"Oke, jadi kamu akan menjalani training disini selama 3 bulan. Setelah 3 bulan training akan diadakan evaluasi oleh atasan kamu. Selanjutnya, kamu akan ditempatkan di Makassar"

Informasi yang dipaparkan oleh HRD ketika aku akan menandatangani kontrak sebenarnya sudah kuketahui sejak aku masih di Surabaya, namun entah mengapa aku sempat terdiam sejenak, karena masih belum percaya bahwa aku akan ditempatkan diluar jawa. Namun, tak urung juga aku mengangguk perlahan dan membaca poin - poin kontrak kerja secara detail.

"Oh ya satu lagi. Nanti saat penempatan, jabatan kamu adalah sebagai Regional Logistic Unit Head, dimana kamu bertanggungjawab untuk mengelola aktivitas logistik di Regional Indonesia Timur. Ada 6 cabang yang akan menjadi tanggung jawabmu. Untuk itu, tolong dimaksimalkan selama 3 bulan ini untuk belajar dengan mentor kamu ya !"

Mataku sempat terbelalak. Di satu sisi, aku senang karena di awal karirku ini bisa langsung menerima tanggung jawab sebagai supervisor logistik di tingkat regional, suatu jabatan yang secara umum hampir tidak mungkin diberikan kepada freshgraduate yang hanya di-training dalam waktu singkat. Sepemahamanku, posisi unit head / section head / supervisor biasanya dimiliki oleh orang yang berpengalaman setidaknya 1 - 3 tahun. Tetapi, di satu sisi aku merasa khawatir tidak dapat menjalankan tugasku sebagaimana mestinya nanti, karena logistik merupakan bidang yang baru bagiku. Untuk memahami ilmu teknik kimia secara komprehensif saja aku membutuhkan waktu 4 tahun, apalagi ilmu logistik ini. Ditambah nanti dalam menjalankan tugas sebagai supervisor, aku memiliki anak buah yang harus aku tuntun, harus aku arahkan, dan harus aku bimbing. Bagaimana bisa aku membimbing mereka dengan baik, jika ketika penempatan nanti aku masih belum memahami ilmu logistik serta keadaan di Indonesia Timur sana secara komprehensif ? Apakah tidak malah bikin operasional tambah kacau ?

**

"Mas, mohon maaf. Ini roti dan air minumnya."
"Oh, baik mbak. Terimakasih banyak"

Tiba - tiba seorang pramugari pesawat yang kunaiki membuyarkan lamunanku. Seketika kuambil roti dan air mineral yang diberikan, lalu kuletakkan di meja tempat dudukku....

Kulirik jam tanganku seketika itu juga. Lima belas menit lagi pesawat akan take-off, membawaku bersama penumpang lainnya untuk terbang ke Pulau Celebes, lebih tepatnya ke Kota Makassar, kota yang akan menjadi tempatku mengadu nasib selama 1 tahun mendatang. Perlahan - lahan, kekhawatiran - kekhawatiran yang sejak tadi kufikirkan mulai kutepis dan kuganti dengan fikiran positif. Memang semua yang terjadi ini diluar bayanganku ketika masa - masa melamar kerja. Tidak pernah terfikirkan bahwa aku akan ditempatkan diluar jawa, karena sejak awal keinginanku adalah kerja di Jakarta, atau setidaknya di Jawa. Namun satu hal yang aku yakin, dibalik semua ini pasti ada skenario Allah SWT yang sangat indah. Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang kita alami. Tidak ada hal yang tidak mungkin, jika Allah SWT sudah menghendaki. Sehingga yang harus aku lakukan adalah berjuang sebaik mungkin disana, serta niatkan segala aktivitas kerja disana untuk Thollabul 'Ilmi dan ibadah. Karena aku selalu teringat pesan guru ngaji, bahwa segala aktivitas yang diniatkan ibadah akan bernilai pahala, serta aktivitas yang didasari niat untuk Thollabul 'Ilmi (menuntut ilmu) bisa menggugurkan dosa - dosa kita....

Bismillahirrahmanirrahim..
Celebes, I'm coming !!!!!

(Bersambung)


Makassar, 14 Juni 2019
~ Di sebuah tempat mencari inspirasi ; Kedai Kopi

Sabtu, 15 April 2017

Dialog...


"Wahai hati nurani, apa yang tengah kau rasakan saat ini ?"
"Bahagia.. Sungguh bahagia"
"Mengapa bisa engkau bahagia ? Bukankah setiap kali engkau merasakan jatuh cinta, engkau selalu saja terjatuh ke lubang yang dalam. Kulihat tidak pernah sekalipun kamu merasakan manisnya cinta."
"Justru karena itulah, aku bisa belajar untuk menghargai yang namanya 'perasaan', serta makna sebuah kesetiaan dan rasa kasih sayang yang kelak akan kudapatkan, suatu saat nanti..."

"Wahai hati nurani, apa yang tengah kau rasakan saat ini ?"
"Bahagia.. Sungguh bahagia"
"Mengapa bisa engkau bahagia ? Bukankah sering terjadi keributan di dalam keluargamu ? Bahkan, kulihat hampir tidak ada suasana damai dan kasih sayang dirumahmu."
"Justru dari sinilah, aku bisa belajar bagaimana menumbuhkan nuansa kasih sayang dan kedamaian dalam rumah tangga yang akan kubangun kelak"

"Wahai hati nurani, apa yang tengah kau rasakan saat ini ?"
"Bahagia.. Sungguh bahagia"
"Mengapa bisa engkau bahagia ? Bukankah saat ini engkau tidak bisa menikmati masa mudamu ? Masa kuliah yang seharusnya bisa kau nikmati dengan berorganisasi, berdiskusi, berprestasi, bahkan hingga melancong ke luar negeri, eh tidak bisa kau nikmati karena suatu tuntutan. Memang benar, kau unggul dalam pelajaran. Namun sejatinya dalam berbagai hal, kini engkau tertinggal jauh dengan teman - temanmu."
"Karena dari sinilah aku belajar, bagaimana menghargai sebuah kesempatan, serta belajar bagaimana aku menemukan kebahagiaan yang mungkin lebih besar melalui jalan yang lain."

**

Berjam - jam ku merenung di kamarku yang sangat dingin. Jarum jam yang telah menunjukkan pukul 23.00 tak kuhiraukan. Kantuk yang sejak tadi telah menyerang, kini telah sirna. Jarang - jarang diriku memiliki kesempatan untuk merenung sebelum tidur. Apalagi penyebabnya jika bukan karena mata kuliah, ditambah tugas dan quiz yang benar - benar menguras tenagaku. Dua puluh tiga SKS yang kuambil semester ini, ternyata tidak sesederhana yang kufikirkan.

Dialog,.. ya dialog. Tidak hanya bisa dilakukan antara 2 orang atau lebih saja. Dialog dengan hati nurani pun dapat dilakukan. Bahkan, di salah satu buku motivasi yang pernah kubaca, salah satu hal yang menjadi kebiasaan orang - orang sukses adalah merenung / berdialog dengan hati nuraninya sebelum tidur ; "Bagaimana diriku hari ini, lebih baikkah ? Atau bahkan lebih buruk dari kemarin ?" , "Kebermanfaatan apa yang sudah aku lakukan hari ini ? Better or Worst ?" , "Kebdohan apa saja yang sudah aku lakukan hari ini ?". Begitulah renungan - renungan yang mereka lakukan.

Apakah aku bisa melakukan apa yang telah mereka lakukan ? Apakah bisa aku mewujudkan kebahagiaan itu melalui jalan yang lain ?

...( Bersambung )...


Sabtu, 06 Agustus 2016

Cinta, Kebahagiaan atau Kehancuran ?


Kupu - kupu cinta....
Terbanglah tinggi menuju jalannya...
Hinggaplah engkau di bunga yang indah...
Terbang bersama hembus angin cinta...

Ya Illahi Robbi...
Tiada lain hanyalah namamu...
Satukan cinta ini dalam bingkai...
Untaian ridhomu...

( Sigma - Kupu Kupu Cinta )

***

Melankolis, sebutan bagi seseorang yang sangat mudah hanyut terbawa perasaan, seseorang yang benar - benar memaknai "kasih sayang" begitu dalam, seseorang yang jiwanya tenang bak air mengalir, seseorang yang diam seribu bahasa manakala berhadapan dengan yang bernama "cinta", namun seakan memiliki sejuta untaian kata untuk menuliskannya diatas kertas....

Cinta, seakan memiliki episode yang tiada habisnya untuk diputar, karena akan selalu ada hal yang unik didalamnya. Manis, pahit, semua bercampur jadi satu. Manisnya cinta tidak akan bisa dirasakan tanpa merasakan pahit. Bahkan, seribu satu kata pun belum cukup untuk mendeskripsikan "cinta" seutuhnya, mungkin seperti itu yang sering dibilang para pujangga. Manis cinta seorang Romeo dan Juliet, harus diakhiri dengan pahitnya peristiwa dimana hidup mereka berdua harus berakhir dengan cara yang sangat tragis, bunuh diri demi memperjuangkan cintanya. Manis cinta Kahlil Gibran dan May Ziadah, pun harus berakhir dengan kepahitan dimana mereka tak pernah bertemu satu sama lain hingga akhir hayat. Bahkan, manis cinta Baginda Rasulullah SAW dan Ibunda Siti Khadijah, tidak luput dari peristiwa yang sangat pahit, yakni wafatnya Ibunda Siti Khadijah mendahului Baginda Rasulullah SAW, yang menyisakan duka mendalam di lubuk hati beliau...

Cinta, dalam beberapa detik saja mampu berubah menjadi suatu kebahagiaan. Tetapi bukan tidak mungkin, cinta itu bisa menjadi kehancuran bagi kita sendiri jika kita tidak bersikap bijak terhadapnya. Sudah tidak terhitung banyaknya perceraian yang terjadi di negara kita ini, lantaran disebabkan oleh permasalahan yang beragam pula. Bermula dari ketidakselarasan visi berkeluarga, ketidak mampuan menerima kekurangan pasangan, bahkan berujung pada perselingkuhan yang didasari oleh lemahnya Iman, Na'udzubillah. Namun, tidak sedikit jumlahnya pasangan insan yang "sukses" dalam membina bahtera rumah tangganya, saling mencintai karena Allah, dimana mereka selalu melibatkan Allah SWT dan hati nurani dalam menyelesaikan berbagai masalah rumah tangga, dimana mereka senantiasa berusaha saling melengkapi, dimana mereka berhasil membina anak - anaknya menjadi pribadi yang shalih shalihah, berbakti pada orang tuanya, serta menjadi pribadi yang sukses baik dunia maupun akhirat...

Lalu bagaimana mewujudkan "cinta yang membahagiakan" itu ? Hal pertama yang harus difahami terlebih dahulu adalah pernyataan berikut :



*CINTA ADALAH SEBUAH HADIAH*

Kita semua, sudah sepantasnya sadar bahwa cinta adalah sebuah hadiah, sebuah kado yang telah Allah SWT berikan kepada kita, serta yang Allah SWT titipkan kepada orang yang kita cintai. Ibaratnya, kita mendapat kiriman hadiah dari Allah yang dikirimkan melalui kurir, maka kepada siapa kita seharusnya berterimakasih untuk pertama kalinya? Jawabnya tentu Allah. Jika jalan fikiran kita benar, maka seharusnya kita tidak akan mengambil tindakan tindakan bodoh yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, apalagi jika kita berkata bahwa semua yang dilakukan atas nama cinta.

Semakin kita dicintai dan mencintai orang yang anda cinta, maka seharusnya anda semakin bersyukur dan semakin berterimakasih kepada Allah, semakin dekat dengan Allah, dan tentunya semakin mencintai Allah, bukan justru semakin melupakan-Nya.

" Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa - apa yang diingini, yaitu : wanita - wanita, anak - anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang - binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah - lah tempat kembali yang baik ( surga ). "
( Q.S Ali - Imran [3] : 14 )

***

Semoga bermanfaat dan bisa menjadi sarana bagi kita semua untuk bermuhasabah.
:)

Sumber : http://www.cinta009.com/2013/10/renungan-cinta-dalam-islam.html

Kamis, 02 Juni 2016

Makna Keajaiban


Alkisah ada seorang guru yang memberikan tugas kepada murid - muridnya untuk menuliskan "Tujuh Keajaiban Dunia". Tepat sebelum kelas usai, semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing - masing. Ada seorang gadis yang paling pendiam di kelas tersebut, mengumpulkan tugasnya paling akhir diantara teman - temannya dengan ragu - ragu. Tidak seorangpun yang memperhatikan hal tersebut...

Pada malam harinya, sang guru memeriksa hasil pekerjaan siswa - siswinya. Sebagian besar dari mereka menulis demikian :

1. Piramida
2. Taj Mahal
3. Tembok China
4. Menara Pisa
5. Angkor Wat
6. Menara Eiffel
7. Colosseum

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama, dan perbedaannya hanya terletak pada urutan penulisan. Tapi guru tersebut terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir. Saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam. Lembar terakhir tidak lain adalah milik gadis kecil pendiam tersebut, isinya adalah sebagai berikut :

1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa
7. Bisa mencintai

Setelah duduk terdiam, perlahan air mata sang guru pun mulai menetes, membayangkan betapa kurangnya rasa syukur atas nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya... Mengucapkan rasa syukur untuk seorang gadis pendiam di kelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat pada hari itu..

***

Saudaraku yang dirahmati Allah, seringkali kita memikirkan hal - hal besar, namun hal kecil yang berada di sekeliling kita, atau bahkan yang kita sendiri sudah memilikinya, kita tidak ingat. Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan suatu keajaiban, karena keajaiban itu sejatinya ada di sekeliling kita untuk kita miliki...

Selamat beraktivitas kawanku, semoga hari ini bisa menjadi hari terindah dalam hidupmu

:)

~ Terinspirasi dari "Catatan dan Pesan Blackberry Professor", dengan sedikit pengubahan


Minggu, 29 Mei 2016

Segitiga Planar Kehidupan ; Habblumminallah Wa Habblumminannaas


"Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. "
( H.R At - Tirmidzi )

Sebuah pertanyaan yang umum lagi klasik, yang tidak asing di dalam telinga kita, terutama para aktivis dakwah. Apa tujuan kita hidup di dunia ini ? Saya yakin teman - teman pun sudah diajarkan sejak kecil, entah di TPA ataupun oleh guru agama di sekolah teman - teman, bahwa tujuan utama manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Bahkan, Allah sudah menjelaskannya di dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56 :

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku"
( Q.S Adz-Dzariyat : 56 )

Lalu yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah hanya itu tujuan kita ? Dengan kata lain, kita di dunia ini hanya diperintahkan untuk shalat, puasa, dan mengaji saja , tidak lebih dari itu ? Tentu saja tidak. Kita pun tidak dianjurkan untuk beribadah terus menerus sedangkan kehidupan kita terbengkalai. Bahkan Rasulullah pun mewanti - wanti bahwa Allah sangat tidak suka pada sesuatu yang dilakukan secara berlebihan, sekalipun itu dalam beribadah.

Allah memerintahkan makhluknya untuk memakmurkan Bumi Allah, dengan bekerja keras, serta mencari rezeki yang halal. Memang benar hakikatnya, bahwa Allah memang maha pengasih lagi maha penyayang. Namun bukan berarti rezeki Allah langsung jatuh dari langit begitu saja.

"Dia (Allah) Yg menjadikan bumi itu mudah buat kalian, maka berjalanlah diseluruh penjurunya,dan makanlah sebagian dari rizkinya, Dan kepadaNya lah tempat kembali"
( Q.S Al - Mulk : 15 )

Ironisnya, terkadang terlalu asyik mencari rezeki di dunia dapat membuat kita lupa bahkan semakin jauh dari Allah. Akibatnya hal - hal yang kita dapatkan menjadi kurang barokah. Lupa shalat shubuh karena keasyikan belajar sampai larut malam, lupa bersedekah dan membayar zakat, dan masih banyak lagi lupa - lupa yang lain. Mengapa ini bisa terjadi ? Jawabannya terletak pada Habblumminallah.

Habblumminallah, artinya adalah "Hubungan Antara Manusia dengan Allah". Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal - balik, yaitu manusia melakukan hubungan dengan Tuhan, dan Tuhan pun melakukan hubungan dengan manusia. Bagaimana bentuk hubungan atau interaksi tersebut ? Tentu saja bentuk interaksi tersebut tidak lain adalah serangkaian ibadah yang kita lakukan setiap harinya. Ibadah kepada Allah ada 2 jenis, yaitu Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh. Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji: cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT. Sedangkan ibadah jenis kedua yaitu Ibadah Ghairu Mahdhoh, yaitu ibadah dalam pengetahuan umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan, kesuksesan, keuntungan, serta diniatkan lillahi ta'ala

Disamping Habblumminallah, masih ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya. Saya jadi teringat perkataan orang tua saya tentang masa kecil beliau. Menurut perkataan beliau, zaman dulu nggak ada yang namanya telepon seluler, social media, bahkan internet sangat terbatas. Sehingga nuansa kehidupan sosial pada masa itu sangat kental. Orang - orang zaman dulu lebih banyak menggunakan waktu luangnya untuk bersosialisasi. Bahkan, zaman dulu kalau sudah buat janji dengan orang lain dan terpaksan membatalkan janji, mereka ( si pembuat janji ) bela - belain datang ke rumah orang yang diberi janji tersebut untuk membatalkan janjinya, sekalipun rumahnya jauh. Kemudian pada saat menunggu jemputan atau angkutan umum di halte, tidak jarang mereka mengajak ngobrol orang disebelahnya, sekalipun mereka tidak kenal. Mari kita bayangkan seberapa jauh perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa kini. Pada masa kini, jiwa "Selfish" dari orang - orang di sekitar kita, dan bahkan mungkin termasuk kita sendiri salah satunya, seakan merajalela. Jika kita lihat orang - orang di dalam bis, kendaraan umum, atau menunggu jemputannya, apa yang mereka lakukan ? Mayoritas pasti nggak lepas dari yang namanya "handphone", serta sangat jarang yang memanfaatkan waktunya untuk sekadar berkenalan atau ngobrol dengan orang - orang didekatnya. Kita semua pun terkadang lupa bagaimana caranya bersopan santun, bagaimana adab berbicara kepada orang yang lebih tua, dan bagaimana adab berbicara kepada orang yang lebih muda. Bahkan fenomena yang mungkin bisa dibilang miris, kita semua memiliki kepekaan sosial yang rendah. Tidak jarang kita mendapati seorang pengemis tua yang meminta sebagian saja rezeki dari kita, tapi bukannya diberi malah dimaki - maki. Diajak sedekah ataupun menyumbangkan bantuan untuk korban bencana, eh alasannya segudang ; banyak kebutuhan ini lah, itu lah, padahal rumahnya tingkat dua, mobilnya tiga. Hal - hal seperti inilah yang dinamakan dengan Habblumminannaas.

Habblumminannaas, artinya adalah hubungan antar manusia. Hubungan dengan manusia sangat ditekankan oleh dalam Agama apabila kita faham, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial, saling membutuhkan, saling menopang satu sama lain, dan tentunya tidak akan bisa hidup normal tanpa bergaul dengan sesama manusia. Urgensi Habblumminannaas ini telah Allah jelaskan dalam firmannya dalam Q.S Ali - Imran ayat 112 :

" Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang kepada tali ( Agama ) Allah dan tali ( Perjanjian ) dengan Manusia ... "
( Q.S Ali - Imran : 112 )

Selain itu, makna "tali perjanjian dengan manusia" pun dipertegas lagi oleh Allah dalam firmannya yang lain, yakni di Q.S An - Nisa ayat 36 :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri... "
( Q.S An - Nisa : 36 )

Allah menutup ayat diatas dengan kalimat "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang - orang yang sombong dan membangga-banggakan diri", dengan maksud agar kita tidak bersikap sombong kepada orang tua kita, karena ada saat dimana kita akan menjadi tua seperti mereka. Janganlah kita bersikap sombong kepada orang - orang miskin, karena mungkin saja di waktu mendatang merekalah yang akan lebih beruntung daripada kita. Jangan pernah kita bersikap sombong kepada pembantu rumah tangga kita, karena tanpa mereka mungkin pekerjaan rumah kita akan sangat berantakan, walau upah mereka terbilang sedikit.

Saya pun jadi teringat perkataan Ustadz Soehardjoepri saat mengisi kajian, bahwa menjalin hubungan baik atau silaturrahmi dengan orang lain dapat memperpanjang usia. Ada kisah di zaman Rasulullah, bahwa ada seorang sahabat yang tidak jadi dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail lantaran satu hal sederhana, karena Ia sangat mengutamakan yang namanya silaturahmi.

Konsep keseimbangan Habblumminallah Wa Habblumminannaas ini dapat pula dijelaskan dari sudut pandang psikologi modern, yakni sebagai berikut :

Lalu bagaimana cara menyeimbangkan kedua hal ini ; Habblumminallah Wa Habblumminannaas ? Beberapa hal sederhana ini mungkin bisa kita coba bersama, 

  * Habblumminallah
     - Luruskan niat setiap hendak melakukan sesuatu. Niatkan segalanya karena Allah, maka Inshaallah akan membuahkan hasil yang terbaik
     - Menjaga keistiqomahan dalam melakukan salah satu amal yaumi, terutama amalan sunnah. Tidak perlu banyak - banyak dulu. Satu saja cukup, asal kontinyu
     - Membiasakan untuk bermuhasabah diri sesering mungkin

   * Habblumminannaas
     - Menerapkan 3S ( Senyum, Salam, Sapa ) ketika bertemu dengan siapapun. Kalau perlu, jabat erat tangannya ( remember : untuk jabat tangan, tidak berlaku untuk lawan jenis )
     - Selalu berusaha menyenangkan hati orang lain
     - Berbicara hal - hal yang bermanfaat, senantiasa mengajak pada kebaikan
     - Mengedepankan sikap toleransi dan saling menghargai

***

Selamat beraktifitas kawan - kawanku sekalian, semoga hari ini menjadi hari terbaik dalam hidupmu. Tetaplah jaga agar langkahmu senantiasa berada di jalan-Nya, dan berdoalah agar dibimbing oleh Nya menuju kehidupan yang lebih baik kedepannya. Jalani harimu dengan Senyum, Semangat, dan Cinta 

:)

3738 In Our Hands ... ( Trilogy of "Challenge" part 3 )


" Sesungguhnya Allah mencintai orang - orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan - akan seperti bangunan yang tersusun kokoh. "
( Q.S Ash - Shaff : 4 )

Pagi itu, kulirik sejenak arlojiku sembari memarkirkan sepeda motorku di parkiran sebuah tempat terindah yang membuat siapapun tentram manakala berada di dalamnya, Masjid Manarul Ilmi ( MMI ). Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30. Aku telah tiba lebih awal di MMI, namun tidak dengan kawan - kawanku. Kami janjian untuk mengadakan syuro' rapat koordinasi pagi itu pukul 10.00. Terlalu rajin nampaknya aku ini, fikirku pada saat itu :)

Kumulai mulai syuro' pada pagi hari itu dengan ucapan basmalah, tentunya dengan mukadimah pula. Sungguh, aku sedikit menemukan hal yang berbeda di pagi hari ini. Kawan - kawanku yang biasanya enggan berpendapat, hari ini mereka semua menyampaikan pemikiran - pemikiran kritisnya, jauh dari perkiraanku sebelumnya. Memang benar adanya ; air beriak tanda tak dalam, air tenang menghanyutkan. Disinilah nampaknya aku harus bersikap lebih bijak lagi untuk memaksimalkan potensi kawan - kawanku, untuk bersama - sama menyukseskan dakwah...

***

"Akh, aku ingin meminta pendapatmu. Sebetulnya apa salahku sekarang ini ? Aku sudah berusaha maksimal. Tapi kenapa malah terjadi salah faham begini ? "
" Sebetulnya Syahdan nggak salah. Ana faham, Syahdan sudah melakukan apa yang seharusnya Syahdan lakukan. Hanya saja, ada beberapa hal di dalam diri Syahdan yang harus diperbaiki. Mungkin ketika menghubungi teman - teman kemarin, ketika ngajak kumpul, ketika syuro' di social media, Syahdan kurang bisa santai sedikit. "
" Kalau hanya masalah itu, ana yakin masalahnya tidak sampai berat seperti ini Akhi. Namun nyatanya ? Besok sudah hari terakhir, dan kenapa permasalahan justru semakin rumit ? "

Aku yang semenjak tadi siang berusaha untuk tersenyum, menyembunyikan segala beban yang ada di dalam fikiranku ini, detik ini aku sudah tak mampu. Di hadapan kedua sahabatku, Habib dan Rama, aku tumpahkan semua beban fikiranku. Hal yang membuat hatiku menangis semenjak berhari - hari yang lalu tidak sanggup lagi kusembunyikan. Sungguh, berkeluh kesah dan mengeluh dihadapan orang yang dipimpin merupakan hal yang tidak sepatutnya kulakukan. Aku pun sudah berusaha hanya mengadukan permasalahan ini kepada Allah. Namun nampaknya Allah mengutus kedua sahabatku, Habib dan Rama untuk mendengarkan keluh kesahku...

" Ingat Akh. Allah menurunkan cobaan itu pasti sesuai kapasitas hambanya. Kamu coba bayangkan, belum tentu teman - teman yang lain kuat manakala diberikan cobaan sepertimu ini. Ini adalah momen dimana Allah meningkatkan derajatmu. Tinggal bagaimana kamu sikapi, terus maju kedepan atau mengeluh dan menangis tanpa berbuat apa - apa ! "
" Iya dan, bener yang dibilang Habib. Sejak kemarin, aku sudah melihat usahamu. Ya mungkin ini salah satu pertimbanganku kenapa ketika musyawarah penentuan koordinator tim, aku mengusulkanmu. Karena apa ? Karena mentalmu yang paling kuat diantara kita semua, dan karena usahamu paling kenceng kalo dilihat dari proker - proker sebelumnya. Walau memang benar, kamu belum bisa merangkul teman - teman semuanya. "

Pemaparan Rama dan Habib sedikit membuatku tenang, namun belum kutemukan apapun, apa yang harus kulakukan keesokan harinya,

" Lalu apa yang harus kulakukan besok, Akhi ? "

Habib menepuk pundakku lalu menjawab singkat,

" Just do it, dan hadapi dengan tegar ! Jangan jadi pengecut. "

***

Angin segar yang berhembus pagi ini, seakan membawa kesejukan tersendiri bagiku. Bukan karena hari ini aku akan mendapatkan penghargaan, bukan pula karena aku ingin bertemu dengan orang yang "spesial". Namun karena sebentar lagi, bebanku akan segera terlepas. Namun tidak dengan tanggung jawab untuk 1 tahun mendatang. Tepat seminggu yang lalu, konflik internal telah terselesaikan. Aku telah mengambil sebuah keputusan yang bulat, setelah melakukan Istikharah pada dini hari. Memang pada buku - buku kepemimpinan dan motivasi yang sering kubaca, keputusan yang terbaik adalah keputusan yang benar - benar menguntungkan kedua belah pihak, dan tiada berat sebelah sedikitpun. Namun aku sadar, bahwa menerapkan tidak semudah menuliskan itu semua dalam kata - kata. Selalu ada yang dikorbankan, dan selalu ada yang harus mau berkorban...

Kupijaki tangga satu per satu sembari mengucapkan basmalah dan untaian tasbih. Apapun yang terjadi pada hari ini, pasti inilah jawaban dari lika - liku perjalanan yang telah aku dan teman - teman lewati sejak kemarin, fikirku pada saat itu. Teringat kembali ucapan "pendahulu - pendahulu" ku, bahwa memang belum pernah ada permasalahan seperti ini di organisasiku saat ini, dan inilah yang pertama kalinya. Sekilas aku membayangkan, betapa senangnya apabila aku menjadi bagian dari mereka yang tahun lalu berjuang, alangkah senangnya apabila aku tidak mengalami ini semua. Namun, kutepis fikiran itu dengan segera, karena hanya Allah lah yang berhak mengatur skenario kehidupan atas hamba yang diciptakannya sendiri. Allah lah yang memiliki kuasa atas segalanya, dan kita tidak punya hak untuk memaksakan kehendak kepada-Nya. Apa yang kualami saat ini tidak seharusnya kujadikan alasan untuk manja, mengeluh..

" Innalillahi wa Innailaihi Rajjiun, telah terpilih saudara Rama sebagai ketua umum pada periode kepengurusan 1437 - 1438 H. Semoga bisa menjalankan amanahnya dengan baik. "

***

Terimakasih banyak kepada teman - teman BPFA, yang telah berkontribusi, yang telah bersusah payah mempersiapkan kepengurusan setahun mendatang. Terimakasih kepada teman - teman DPH dan DPP KINI 3637 H yang telah banyak memberikan ilmu dan segudang pengalaman baru kepada kami semuanya.

:'))

Dimanapun kita berada nanti, apakah nanti kita masih berada di bingkai yang sama maupun tidak, ingatlah selalu bahwa kita semua pernah dibersamakan disini, di dalam bingkai yang sama..."
( Noer M Syahrizal )

#From 3637 to 3738


Surabaya, 29 Mei 2016

Based On True Story, dengan pengubahan

Jumat, 13 Mei 2016

Disinilah Ladangnya...

A’uudzubillahiminassyaithaanirrajim…
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin…
…..

Hayoo, siapa sahabat Rasulullah SAW yang kaya raya, yang selalu menafkahkan hartanya untuk keperluan perang Rasulullah ? Ada yang bisa jawab ?
Saya buu…
Nggakmauu, aku dulu yang jawab … aku tau jawabannyaa !!
Nggak, pokoknya aku..
Sudah – sudah , nggak boleh rebutan yaaa. Nanti masing – masing boleh jawab..

Siapa Nabi yang tidak punya Ayah ??
Saya mau jawab Bu. Nabi Adam dan Nabi Isa
Yaa, pinterrr…

Suasana pagi yang mendung, yang umumnya menggodaku untuk melanjutkan tidurku ba’da shalat shubuh, namun tidak demikian dengan pagi ini. Udara pagi yang dingin, serta hujan yang mulai turun rintik – rintik, tidak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke kampus hari ini. Bukan untuk kuliah, namun untuk menghadiri mentoring bersama kedua orang sahabatku ; Maulana dan Wawan.

Seperti biasa, suasana Masjid Manarul Ilmi ITS atau yang biasa disebut MMI tidak pernah sepi pada hari Sabtu maupun Minggu. Selalu dipenuhi oleh anak – anak kecil yang belajar mengaji, mengikuti liqo’ ( pengajian kelompok / mentoring ), ataupun hanya sekadar bermain – main di dalam Masjid. Keceriaan anak – anak kecil tersebut semakin memperindah suasana pagi ini. Tidak hanya anak – anak kecil saja, namun MMI dipenuhi pula oleh Bapak – bapak dan Ibu – ibu. Terlihat pula beberapa anak kecil sedang muraja’ah atau menghafal Al – Qur’an bersama dengan Ayah mereka.

***

Ul, entah mengapa setiap aku ke manarul hari Sabtu ato minggu, kok semacam dapet inspirasi gini ya
Kenopo Akh ? Ya itulah Masjid. Senantiasa memberikan kesejukan setiap kali kau memandangnya. Apalagi jika engkau berdiam di dalamnya.
Bukan itu Akh. Aku sering ngebayangin. Seneng ya punya keluarga kayak mereka – mereka yang setiap sabtu minggu sering ke manarul sekeluarga. Bahkan aku liat ayah sama anaknya hafalan bareng. Ato ke masjid bareng istrinya. Kok rasanya ini so sweet banget ya kalo menurutku.
Uwes Akh. NDANG BUDAL !!!
Opo se hahahaha

Kami berdua pun tertawa lepas sembari berjalan meninggalkan masjid ba’da dhuhur. Ya, topik pembicaraan tentang “nikah”, “istri”, “anak”, “keluarga” seakan menjadi topik yang tiada habisnya untuk dibahas. Selalu ada yang menarik, selalu ada inspirasi, serta selalu ada semangat di dalamnya, semangat untuk meningkatkan kualitas diri. Betapa keluarga yang Islami, serta Sakinah Mawaddah Wa Rahmah Wa Da’wah selalu menjadi impian setiap manusia, namun tentu mewujudkannya tidak mudah.

Jawaben pertanyaanku Akh. Kapan atene budal ?

Pertanyaan Maulana yang tak kuduga – duga kembali mengejutkanku. Sudah tidak perlu kutanyakan lagi, apa makna “ budal ” yang disebutkan oleh kawanku ini. Sudah tahu sama tahu. Aku hanya tersenyum, lalu menjawab lirih.

Inshaallah di waktu yang tepat, Akh. Ilmuku belum cukup, dan masih banyak yang harus kupersiapkan Akh.

***

            Bukan hanya menyejukkan, tapi juga menentramkan. Tidak layak jika hanya disebut istana, karena apa yang ada di dalamnya lebih dari sekadar kemuliaan. Betapa aku membayangkan anak - anak kecil yang sejak kecil diperkenalkan dengannya oleh orang tua mereka, kelak akan menjadi sangat dekat dengannya ketik sudah dewasa. Ketika mereka semua masih kecil mereka hanya tahu apa itu Alif, Ba', Ta', Tsa', Jim, dan seterusnya, kelak disinilah mereka akan mengetahui lebih banyak dari itu. Ketika semasa kecil mereka hanya menjadikannya tempat untuk bersuka ria dengan teman - temannya, kelak disinilah mereka akan mengenal apa itu Ukhuwah, dan apa itu Amal Jama'i. Karena disinilah sesungguhnya letak “ladang” itu. Ladang untuk mencetak calon generasi – generasi penerus dan pemimpin masa depan. Masjid.