Kamis, 31 Desember 2015

2016 Will Coming, Sudah Ngapain Aja ??


"Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar - benar berada dalam kerugian, kecuali orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran" ( Q.S Al - Ashr 1 - 3 )

Holaaaa, apa kabar nih temen - temen ? Waktu terasa begitu cepat yaa, tau - tau udah mau ganti taun aja, padahal rasanya baru aja kemarin 2015, eh sekarang uda mau 2016 hehe. Perayaan tahun baru ibarat menjadi sebuah tradisi yang selalu dilakukan. Banyak dari kalangan muda yang merayakan tahun baru ini dengan pesta kembang api, hang out bareng temen, BBQ - an alias bakar - bakar, dan masih banyak lagi hura - hura yang dilakukan pada umumnya. Memang sangat menyenangkan. Siapa coba yang tidak suka seru - seruan bareng teman ? Kapan lagi coba momen seru - seruan bareng teman kalo nggak waktu tahun baruan, hehe ??

Tetapi saudaraku, mari kita renungi bersama - sama. Seberapa bermanfaatkah kegiatan hura - hura yang telah kita lakukan itu ? Bukankah sebetulnya lebih baik jika menjelang tahun baru, kita justru menggunakan waktu kita untuk lebih banyak ber-Muhasabah ? Merenungi segala kesalahan kita di waktu lalu, memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang kita lakukan di masa - masa lalu kita. Bukankah kita semua sudah sering mendengar istilah time is money , dimana waktu itu benar - benar sangat berharga layaknya uang ? Yakinkah kita semua bahwa tahun 2016 nanti kita masih bisa bernafas dan berdiri tegak seperti sekarang ini ? Sempatkah kita bertaubat atas segala kesalahan kita ?

Sudah ngapain aja kita selama setahun ini ? Jikalau memang sudah banyak yang kita lakukan, mari kita fikirkan lagi, apakah yang sudah kita lakukan ini bermanfaat untuk orang - orang di sekitar kita ? Apakah justru yang kulakukan ini lebih banyak mendatangkan kemashlahatan, atau justru kemudhorotan ? Seberapa sering kita berkarya ? Lalu mari kita renungi pula kualitas ibadah yang telah kita lakukan selama setahun ini. Seringkali kita berdo'a kepada Allah untuk meminta sesuatu, seringkali kita meminta Allah mengabulkan do'a kita. Namun sudahkah kita memberikan yang terbaik kepada Allah melalui ibadah - ibadah kita ? Sudahkah kita niatkan ibadah - ibadah tersebut lillahi ta'ala ?

Saudaraku, yang namanya khilaf dan dosa itu wajar jika kita lakukan, karena memang hakikatnya kita sebagai manusia itu tempatnya salah dan dosa. Kesempurnaan hanya milik Allah semata. Namun yang menentukan adalah bagaimana kita menyikapi itu semua. Akankah kita hanya meratapi itu semua ? Akankah kita berusaha untuk berbenah dan meningkatkan kualitas diri kita, walau selangkah demi selangkah ? Atau bahkan, kita sama sekali tidak peduli dengan kekhilafan dan dosa yang pernah kita lakukan ? Well, it depends on your self. Allah pun sudah menjelaskannya dalam Q.S Ar-Ra'd ayat 11 :

"..Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya ; dan sekali - kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."

Seburuk apapun diri kita di waktu lalu, sebesar apapun dosa yang sudah kita lakukan, namun apabila kita benar - benar mau berusaha untuk berbenah diri dengan niat yang tulus lillahi ta'ala, inshaallah Allah akan memberikan jalan. Lho, apa nggak sulit buat berubah ? Memang terkadang itu sulit, sehingga harus dilakukan secara step by step namun istiqamah ( ajeg / konsisten / kontinyu ). Namun percayalah, bahwa segala sesuatu yang menurut kita sulit bukan berarti tidak bisa kita kerjakan, namun usaha kita lah yang harus kita lebihkan untuk menghadapi kesulitan tersebut, sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 286 :

"Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala ( dari kebajikan ) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatan ) yang dikerjakannya..."

Tahun baru, identik dengan semangat baru, visi yang baru, motivasi hidup yang baru, serta yang tidak kalah pentingnya adalah target - target baru. Mau ngapain aja sih kita tahun 2016 nanti ? Apa aja sih yang harus kita perbaiki dari diri kita ? So, ayo kita bikin resolusi kehidupan kita di 2016. Gak perlu muluk - muluk kok jika memang diri kita kesulitan buat menuhinnya, karena percuma juga kita bikin target tinggi - tinggi, tapi nggak istiqamah dalam mengamalkannya. Allah pun lebih menyukai amalan yang dikerjakan sedikit - sedikit tetapi kontinyu, dibandingkan dengan amalan dikerjakan banyak tetapi kurang kontinyu. Cobalah dari hal - hal sederhana, misalnya : di tahun 2016 nanti, aku pengen bisa baca Al - Qur'an minimal 5 ayat / hari, aku pengen bisa baca 10 lembar buku bacaan / hari, aku pengen bisa hafal 1 hadits / minggu , dst. Tuliskanlah target - target yang bisa memberikan energi positif buat kita kedepannya, manakala kita nanti kehilangan semangat, low motivation, dan tentunya target - target yang bermanfaat buat diri kita kedepannya.

So, what you are waiting for ? Let's make our new resolution !!


Surabaya, 31 Desember 2015 ; 21.46



-Dalam Sebuah Perenungan Menjelang Tahun Baru-


Selasa, 29 Desember 2015

Your Future Ali...


Alkisah ketika Ali dan Fatimah telah menikah, Fatimah pun berkata kepada Ali, "Wahai suamiku, tahukah kamu bahwa sebetulnya sebelum aku menikah denganmu, ada lelaki yang telah kucintai terlebih dahulu ?". Mendengar penuturan istrinya ini, Ali pun seketika amat kecewa. "Jika boleh aku tahu, siapakah lelaki itu ?" Ali pun bertanya kepada istrinya. Lalu dengan tersenyum Fatimah pun menjawab, "Ketahuilah, bahwa lelaki itu adalah dirimu, wahai suamiku"....

Ketika kubaca cuplikan kisah tersebut, aku pun tersenyum. Terbayang olehku betapa senangnya hati Ali bin Abi Thalib tatkala mendengar penuturan istrinya tercinta yang begitu mengejutkan. Wanita yang selama ini dicintainya dalam diam, ternyata menjadi penggenap separuh agamanya. Nama yang selalu disisipkan dalam setiap untaian tasbih dan sujudnya, kini menjadi nama yang telah terukir sempurna di dalam hatinya. Teringat pula cerita yang tidak kalah mengharukannya yang pernah kubaca tentang Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad, manakala Fatimah dilamar oleh 2 orang sahabat Rasulullah SAW ; Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya, kedekatannya dengan Allah, kepemimpinannya, serta kegigihannya dalam dakwah. Abu Bakar Ash-Shiddiq, dengan kekayaannya yang melimpah dan berulang kali menyumbangkan sebagian besar hartanya di jalan Allah, serta yang kedermawanannya tidak diragukan lagi. Umar bin Khattab, dengan ketegasan dan kegigihannya selama menjadi khalifah pada masa itu, serta kecintaannya yang sedemikian besar kepada Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW menolak lamaran kedua sahabatnya tersebut. Kubayangkan betapa sedih dan hancurnya hati Ali bin Abi Thalib mendengar kabar tersebut, karena pada saat itu Ali bukanlah apa - apa jika dibandingkan dengan kedua sahabat Rasulullah tersebut....

Nothing proves that you're really love someone, until you mention their name in your pray. Mencintai akan terasa lebih menentramkan, ketika engkau menyebut nama orang yang kau cintai dalam setiap untaian tasbihmu dan benar - benar menjaga hatimu..

Akankah kubisa menjadi sosok "Ali bin Abi Thalib" masa kini yang benar - benar bisa menjaga hati dan mencintai sosok "Fatimah binti Muhammad" dalam diam ?? Mampukah diriku menjadi sosok "Ali"mu yang bisa menjadi imam bagi sosok "Fatimah"ku yang saat ini masih dirahasiakan oleh-Nya ???

"Well, waktu lah yang akan menjawab dan aku hanya bisa berusaha", gumamku sembari berusaha memejamkan mataku untuk berpetualang ke alam mimpi...



Surabaya, 30 Desember 2015, 10.52

Minggu, 20 Desember 2015

Ketika Hati Harus Memilih


Ya Allah, jagalah (fulanah) agar tetap senantiasa berada di dalam lindunganmu...
Jagalah dirinya untukku, dan jagalah diriku untuknya...
Ya Allah, tambatkanlah hatiku kepada wanita yang tepat...
Wanita yang kelak mampu meningkatkan rasa cintaku kepadamu...
Wanita yang shalihah, serta yang mau menerimaku apa adanya...
Ya Allah, jikalau (fulanah) adalah yang terbaik untukku..
Mudahkanlah jalan kami..
Dekatkanlah hati kami...
Serta satukanlah kami kelak dalam ikatan pernikahan yang suci dan halal...
Namun jikalau (fulanah) bukan yang terbaik untukku...
Maka berikanlah hamba ketabahan, dan gantilah dengan yang lebih baik...

Ya, do'a itulah yang tak henti-hentinya kupanjatkan setiap hari diriku menjalani kehidupan. Entah dalam sujudku, dalam tasbihku, bahkan dalam setiap perenunganku. Aku pun tidak tahu kenapa sebabnya, namun do'a itulah yang menentramkan hatiku tiap kali aku merindukan seseorang. Sahabatku yang selalu menjadi inspirasi ku, Itqon, mengajarkanku untuk berdo'a demikian manakala hatiku gelisah. "Kegelisahan itu wajar ketika dirimu mencintai seseorang, karena siapapun yang kelak menjadi teman hidup kita sampai matipun masih dirahasiakan. Kitapun tidak bisa menyikapi kegelisahan tersebut dengan cara - cara yang tidak dibenarkan pula dalam agama, karena Islam sendiri pun mengajarkan kita untuk menjaga pandangan dan menjaga hati", mungkin inilah inti dari apa yang sahabatku sampaikan pada saat itu.

Akupun faham tentang itu. Tentang menjaga hati, menjaga pandangan, dan menjaga hawa nafsu tentunya. Tetapi entah mengapa godaan syaitan yang menimpaku saat ini terasa lebih berat dibandingkan dahulu kala. Sesuka apapun aku pada seorang akhwat, aku masih bisa menjaga diri dan hatiku. Namun mengapa disaat aku menyukai seorang akhwat pada saat ini, seringkali kegelisahan menimpaku, bahkan kegelisahan yang benar - benar tidak jelas datangnya dari mana.

Ada apa ini ? Seringkali aku bertanya - tanya dalam hati, inikah yang namanya perasaan sayang ? Inikah yang membedakan antara rasa ketertarikan dan rasa sayang ? Inikah yang dinamakan dengan perang hawa nafsu, dimana seringkali dikatakan oleh guru ngajiku bahwa perang inilah yang jauh lebih dahsyat daripada perang badar ? Aku pun kembali teringat perkataan kawanku, Itqon, tadi malam yang membuatku agak sedikit tertohok, "Syaitan itu menggoyahkan iman manusia melalui 3 perantara ; Harta, Takhta, dan Wanita. Namun menurutku pribadi, godaan melalui Wanita inilah yang bener - bener kuat.".

Aku pun teringat kembali perkataan temanku satu organisasi di ITS, Haryo, ketika kami bertemu di acara PSI 2 yang tidak kalah membuatku tertohok kembali ketika aku mengingatnya, "Sesuka - sukanya kamu sama lawan jenis, tapi jangan mau lah kalah sama yang namanya perasaan. Kalo kamu gampang gelisah kayak gini, trus kamu terlalu takut buat kehilangan akhwat yang kamu sukai sekarang sampe - sampe kamu mikirin itu berlebihan, berarti kamu kalah sebelum bertempur."

Cinta itu memang fitrahnya manusia, karena cintalah suatu ukhuwah dapat terbangun. Karena cintalah, dunia ini bisa terasa nyaman dan tentram. Namun ketika kita menempatkan cinta itu di posisi yang salah dan kita tidak bisa bijak mengelolanya, maka cinta tersebut akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Cintailah seseorang karena Allah, agar dirimu merasa tentram dan tidak gelisah. Ketika rasa cinta kita kepada seseorang itu semakin meningkatkan keimanan kita kepada Allah, kualitas ibadah kita, serta kualitas pribadi kita, maka itulah yang dinamakan mencintai karena Allah.

Ketika hati harus memilih...
Mencintai seseorang karena Allah dalam diamku...
Atau mencintai seseorang dengan hawa nafsu...
Pastilah setiap orang berakal memilih yang pertama...
Namun ketika dihadapkan pada realita...
Akankah kita tetap istiqomah dengan pilihan kita yang pertama...
Atau justru hati kita tergoyahkan...

Suasana malam yang benar - benar tenang dan syahdu, benar - benar membawa alam fikiranku pada perenungan ini. Belum mampu untuk kujawab syair diatas, meski sudah berulangkali kutuliskan ke dalam buku catatanku. Namun kugoreskan tekad dalam hati ini, aku akan terus berusaha untuk memilih yang pertama....


Surabaya, 20 Desember 2015 ; 18.10



Dalam sebuah perenungan

Jumat, 18 Desember 2015

Pont des Arts, I'll Coming !!!



Dia-lah yang Menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu ( kembali setelah ) dibangkitkan 
( Q.S Al-Mulk 15 )

"Dan, Syahdan, ada rencana buat mengembara ke luar negeri ?" tanya Mas Bram, mentorku, yang membuatku tersadar seketika dari lamunanku sejenak. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mas Bram, temanku Irham sudah keburu nimpalin, "Haha, nek Syahdan pengen nak Perancis iki mas. Bener toh Dan ?". Aku pun mengangguk pelan sembari menjawab dan tersenyum. "Hmmm, bismillah doakan yang terbaik aja yaa. Aamiin hehe". 

Akupun merenung. Ya, memang benar bahwa Perancis memang negeri yang aku impikan untuk kukunjungi di masa depan. Di Perancis, lebih tepatnya di kota Paris, suasana romantisme benar - benar terasa menurutku jika aku membaca di novel - novel. Aku sangat terinspirasi oleh film 99 Cahaya di Langit Eropa yang bercerita tentang bagaimana kehidupan masyarakat Islam di negara - negara eropa dan bagaimana budaya - budaya disana, lalu novel trilogi Negeri 5 Menara yang menceritakan kisah 5 orang santri di Pondok Pesantren yang masing - masing akhirnya bisa berkeliling dunia karena mereka semua berani bermimpi tinggi, serta mengamalkan 3 mantera sakti dalam meraih mimpinya ; Man Jadda Wa Jadda, Man Shabara Zhafira, Man Sara Ala Darbi Washalla. Bahkan aku pun teringat syair milik Imam Syafi'i yang hingga saat ini senantiasa terngiang - ngiang dalam fikiranku :

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman...
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang...
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan...
Berlelah - lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang...
Aku melihat air menjadi rusak karena diam dan tertahan...
Jika mengalir kan menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang...
Singa jika tak tinggalkan sarang maka tak akan dapatkan mangsa...
Anak panah jika tak tinggalkan busurnya maka tak akan kena sasaran...
Jika matahari di orbitnya diam dan tiada berputar...
Tentu manusia bosan padanya dan enggan tuk memandang...
Bijih emas bagaikan tanah biasa manakala tidak digali dari tambang...
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa di dalam hutan...

Pont des Arts, salah satu tempat impianku yang ingin kukunjungi ketika kelak aku pergi ke Paris, tentunya bersama istriku tercinta nanti *eaaa :)). Menurut cerita - cerita yang sering kudengar, pasangan yang memasang gembok berukirkan nama mereka berdua di jembatan tersebut lalu membuang kuncinya ke sungai, cinta mereka akan abadi. Namun aku faham bahwa itu hanya mitos belaka, karena sesungguhnya Allah lah yang mampu menghadirkan serta menjaga rasa cinta di dalam hati, dan cinta itu datangnya dari Allah...

"Oh iya adek - adek, coba lihat ini deh Q.S Al-Mulk ayat 15. Jadi disini, Allah berfirman bahwa sebenarnya bumi kita ini mudah untuk dijelajahi. Pergi ke luar negeri itu mudah, asalkan kalian ada niat dan bersungguh - sungguh. Jadii, buat kalian - kalian yang masih beranggapan pergi ke luar negeri itu impossible, so kalian berarti mengingkari ayat ini." seru Mas Bram sembari menunjukkan Al-Qur'an yang dibawanya kepada kami bertiga ; aku, Irham, dan Iim. Kami bertiga pun akhirnya sama - sama terdiam dan merenung, entah apa yang mereka berdua ( Irham dan IIm ) renungkan sama dengan apa yang aku renungkan atau tidak...

Aku harus yakin, Aku harus berusaha, dan Aku pasti bisa menjejakkan kakiku di bumi Paris, entah beberapa tahun lagi, fikirku seketika itu sembari mengemasi barang - barangku karena Adzan Isya' sudah berkumandang.....

Pont des Arts, wait for me. I'll Coming !!!!!!!!



Surabaya, 18 Desember 2015 ; 23.49


Kamis, 17 Desember 2015

Revolusi, Rekonstruksi, Re-Conquesta


Kobarkan selalu semangat REVOLUSI  di dalam diri kita...
Manakala langkah kita sudah melenceng terlalu jauh dari tujuan hidup kita...

Lakukanlah REKONSTRUKSI dalam kehidupan kita...
Manakala diri kita belum mampu untuk berubah secara sempurna ke arah yang lebih baik...

Usaha, ikhtiar, serta tawakkal, RE-CONQUESTA adalah hasilnya...
Dimana tujuan kita tercapai, dan kehidupan kita benar - benar bisa berubah ke arah yang lebih baik...

Hmm, pasti pada bingung kan ya sama istilah 3R ini, hehe. Iyapp, mungkin istilah 3R atau lebih tepatnya REVOLUSI - REKONSTRUKSI - RE-CONQUESTA ini belum pernah teman - teman temuin di buku - buku motivasi, ataupun buku sejenisnya. Namun, bahasan - bahasan di buku motivasi pasti sering kok membahas intisari yang terkandung di dalam 3R ini, walaupun namanya bukan 3R banget, hehe :)). Nah, sebenernya pada tulisan saya kali ini kita mau bahas apa sih sebenarnya ??? Apa hubungannya istilah 3R sama kehidupan kita ini ? So, check it out !!

Hakikatnya, dinamika kehidupan bagaikan sebuah roda. Ada kalanya kita berada pada "posisi atas "yang sangat nyaman ( comfort zone ), namun ada saatnya kita akan berada di "posisi bawah" dimana kita benar - benar merasa terpuruk ataupun kesulitan. Namun, perjuangan dalam kehidupan ini bagaikan sebuah tangga, dimana kita harus selalu berusaha untuk terus naik tingkat, dan terus naik tingkat walau hanya selangkah, dua langkah, untuk mencapai suatu tujuan hidup yang besar. Suatu kendaraan membutuhkan bahan bakar / pasokan energi agar bisa bekerja secara optimal. Sama halnya dalam konteks dinamika kehidupan. Dalam perjuangan kehidupan ini kita membutuhkan suatu pasokan energi, agar kita dapat menjalani kehidupan dengan penuh semangat, tentram, dan sejahtera walaupun semakin banyak tantangan yang menghadang. Apa yang dimaksud dengan pasokan energi ini ? Pasokan energi ini tidak lain adalah Motivasi. Kendaraan semewah apapun jika tidak diisi dengan bahan bakar, tetap saja tidak mau jalan. Sama halnya dengan diri kita sebagai manusia. Sebesar apapun potensi kita, sepandai apapun, jika kita tidak mempunyai motivasi dalam diri kita untuk berusaha menjadi lebih baik, maka potensi tersebut akan tetap terkungkung tanpa termanfaatkan dengan baik. Motivasi juga dapat menjadi sesuatu yang dapat mengusir kejenuhan dan kebosanan manakala kita menemukan kesulitan yang sangat besar dalam meraih suatu tujuan kita. Motivasi akan timbul secara otomatis apabila kita mempunyai impian dan tujuan hidup yang jelas, namun terkadang motivasi juga bisa datang dari luar diri kita, entah dari teman, atau yang lain. Menumbuhkan motivasi tidaklah sulit, yang sulit adalah MENJAGA dan MEMPERTAHANKANNYA. Nah bagaimana untuk menjaga serta mengembalikan motivasi tersebut apabila kita suatu saat merasa benar - benar tidak ada arah hidup , atau kita telah terlalu jauh terlenakan oleh sesuatu yang membuat kita jauh dari tujuan hidup kita ? Jawabannya adalah 3R

Langkah pertama adalah REVOLUSI. Begitu kita sadar bahwa kita sudah "melenceng" terlalu jauh dari hidup kita, segera buat perenungan dan jangan ditunda ! Ingat kembali tujuan awal kita, lalu niatkan dalam hati buat benar - benar berubah menjadi lebih baik. Buat target - target perubahan yang kita inginkan, dan tulislah. Tidak perlu berfikir banyak, apakah targetku realistis atau tidak ? Apakah targetku ketinggian apa enggak ? Apakah nanti aku bakal diketawain orang atau enggak kalo bersikap gini ? STOP, jangan hiraukan bisikan - bisikan itu semua, karena bisa jadi bisikan - bisikan itu semua datangnya dari syaitan. Masih pada inget kan, kalau syaitan itu akan berusaha menghalalkan segala cara untuk mencegah kita sebagai manusia berubah ke arah yang lebih baik ?? Hehehe..

Langkah kedua adalah REKONSTRUKSI. Maksud dari rekonstruksi disini adalah menguatkan segala fondasi yang ada di dalam diri kita, baik itu pengetahuan, keimanan, ibadah, ukhuwah / persaudaraan, jati diri, serta motivasi itu sendiri. Jika seluruh fondasi yang ada di dalam diri kita yang telah disebutkan diatas itu sudah kuat, maka kita tidak akan mudah goyah terhadap segala cobaan maupun kesulitan yang seakan terus berusaha menghalangi proses perubahan diri kita ke arah yang lebih baik...

Langkah ketiga adalah RE-CONQUESTA, yang tidak lain adalah keberhasilan kita berubah menjadi pribadi yang lebih baik, atau keberhasilan kita untuk kembali fokus ke tujuan hidup awal kita. Re-Conquesta berasal dari kata Conquest yang berarti kemenangan / kejayaan / keberhasilan, atau dalam seruan berbunyi "Raihlah Kejayaan tersebut Kembali !!!". Tidak ada titik maksimum yang benar - benar menyatakan, bahwa kita sudah dikatakan berhasil / jaya / menang, namun istilah Re-Conquesta ini lebih mengarah untuk memotivasi diri kita untuk tetap senantiasa meng-upgrade / meningkatkan kualitas kehidupan kita menjadi lebih baik, walaupun harus mencapai selangkah demi selangkah...

Teruslah berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena tidak ada yang mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik, selain diri kita sendiri.

"..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." - Q.S Ar-Ra'd 11


Semoga bermanfaat, dan selamat beraktivitas :)


( S.A.M )

~Ditulis dalam sebuah perenungan menjelang UAS PROSPEN :D

#SemangatPerubahan
#InspirationForBetterLife
#MiracleOfMotivation


Sabtu, 26 September 2015

Inspirasi Sebuah "Puntung Rokok" [ Trip to Jakarta - Part 2 ]


                "Perhatian - perhatian. Kepada seluruh penumpang Kereta Api Kertajaya akan tiba di stasiun pemberhentian akhir, Stasiun Pasar Senen. Dimohon kepada seluruh penumpang untuk memastikan barang - barangnya tidak tertinggal ataupun tertukar. Terimakasih telah menggunakan jasa Kereta Api Indonesia. Persiapan, Stasiun Pasar Senen..."
               Tak lama kemudian, kereta api pun mulai melambat dan akhirnya berhenti di sebuah stasiun, yang tidak lain adalah Stasiun Pasar Senen, tempat kami turun setelah tiba di Jakarta. Lalu kulirik arlojiku sesaat, ternyata sekarang sudah jam 09.00. Kereta ini benar - benar tepat waktu, gumamku pada saat itu.
                Kami bergegas turun dari kereta setelah benar - benar memastikan bahwa barang kami tidak ada yang tertinggal maupun tertukar. Stasiun yang semula sepi, mendadak berubah ramai bak burung lepas dari sangkarnya. Ketika kami tiba di gate atau yang biasa disebut peron, kami pun harus berdesak - desakan lagi seperti saat kami akan berangkat. Setelah kami berhasil keluar dari stasiun, tiba - tiba perutku mulai keroncongan,
               " Mid, laper gak ? Cari sarapan yuk, yang harganya bersahabat tapi. Hehe "
               " Hmm, boleh deh Dan. Yuk sambil jalan aja kita lihat - lihat sekeliling sini juga. "
               " Eh tapi kita mau makan apa yaa pagi ini ? "
               " Udahlah Yud, kita sambil lihat aja. Seadanyaa. Hehehe"
Kami bertiga pun akhirnya mampir di warung nasi dekat pemberhentian mikrolet - mikrolet. Spontan aku bergegas memesan nasi kuning kesukaanku, diikuti kawanku Hamid dan Wahyudi. Mereka memesan menu yang sedikit berbeda denganku. Nasi yang awalnya satu piring penuh di piringku, dalam sekejap sudah tak tersisa lagi. Beginilah kalau orang sedang lapar, makanan apapun yang ada di depannya selalu terasa enak di lidah. Ketika aku akan memesan minuman, aku pun melihat ada seorang ibu tua sedang merokok di pinggir jalan bersama dengan pemuda - pemuda yang dari penampilannya seperti berandal, lalu membuang puntung rokok tersebut. Melihat puntung rokok yang jatuh tepat beberapa jengkal dari kakiku, tanpa sadar aku pun merenungi sesuatu dan aku mendapatkan sebuah ilham dari apa yang telah kulihat.
                Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar - gencarnya untuk mengurangi konsumsi rokok seluruh masyarakat Indonesia, karena memang sudah jelas rokok tidak ada manfaatnya, yang ada justru mempercepat kematian. Orang - orang dewasa yang seharusnya bisa menjadi percontohan bagi generasi mudanya, justru malah bersikap sebaliknya. Menurut penuturan temanku Hamid, Jakarta memang ibarat kota liberal. Disini bener - bener bebas ngelakuin apa aja, karena gaya hidup masyarakat yang sudah jauh lebih modern dan semuanya ada di jakarta. Perilaku - perilaku yang menurut pribadiku sudah benar - benar menyimpang dari prinsip hidupku, seperti contohnya merokok, minum - minuman beralkohol, serta berbicara kotor sudah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat disana. Bagaimana jika ini terus menerus berkelanjutan ? Masyarakat yang sudah benar - benar kelewat bebas, hampir tak menggubris norma - norma yang sebetulnya sudah ada di masyarakat, baik itu norma sosial, norma hukum, bahkan norma agama apalagi. Detik itupun, aku bersyukur karena sejak kecil aku berada di lingkungan yang baik, lingkungan yang membuatku terus memiliki semangat  untuk meningkatkan kualitas diri, lingkunganku yang membuatku terus berlomba - lomba dalam melakukan kebaikan, serta lingkunganku yang membuatku terus berusaha saling belajar dan menguatkan satu sama lain dalam ikatan ukhuwah yang erat. Di lingkungan kampus, dimana kami diajarkan untuk selalu menjunjung tinggi norma norma sosial, kemasyarakatan, serta agama. Di lingkungan jurusan, dimana kami selalu diajarkan untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, serta menjadi pribadi yang tangguh. Di lingkungan masjid, dimana kami selalu diajarkan untuk menjadi kader - kader dakwah untuk memimpin perubahan di sekeliling kita ke arah lebih baik dan yang mengajarkan untuk selalu berusaha menjadi yang terdepan dalam hal kebaikan. Ah betapa tak bisa kusebutkan satu per satu, hal - hal apa saja yang mampu membuatku bersyukur hingga detik ini, setelah setahun silam aku gagal menjadi seorang perantau di sebuah kota besar di daerah Jawa Barat. Aku bersyukur bisa kuliah dan mengembangkan diri di tempatku yang sekarang ini, Surabaya.
           Itulah sepenggal pengalaman yang kudapatkan saat pertama kali menginjakkan kakiku kembali di jakarta sejak bertahun - tahun yang lalu aku meninggalkan Jakarta untuk hijrah ke Surabaya. Ditengah perenunganku yang dalam, HP ku berbunyi. Ternyata dari LO tim kami yang mengabarkan kalau ia sudah menunggu di depan supermarket dekat stasiun. Segera saja aku langsung menarik tangan kedua kawanku menuju depan supermarket yang dimaksud untuk langsung bertemu dengan LO kami.


Jakarta, 16 September 2015, 09.30





Jakarta, Here We Go !! [ Trip to Jakarta - part 1 ]

        Tepat pukul 19.30 jarum arloji ku menunjukkan angka. Sayup - sayup kudengar suara pengumuman keberangkatan kereta api oleh pihak stasiun. Setelah aku dan kawanku turun dari taxi dan membayar, kami pun bergegas masuk kedalam stasiun untuk menunggu kereta api yang kami tumpangi tiba di stasiun.
            Benar, kali ini aku akan mengawali perjalanan pertamaku, namun bersama kedua kawanku Wahyudi dan Hamid. Tim kami terpilih untuk menjadi delegasi ITS dalam event PETROWEEK 2015 kategori lomba "Petrosmart" yang diselenggarakan oleh SPE - Universitas Trisakti, Jakarta. Dalam perjalanan kali ini, kami tidak ditemani oleh orang tua kami. Kami benar - benar mengurus keberangkatan kami sendiri, mulai dari pemesanan tiket serta persiapan segala hal lainnya. Perjalanan menuju ibukota, itulah yang kutunggu - tunggu sejak kemarin - kemarin kuliah. Ikut lomba plus jalan - jalan ke jakarta, seru kaan ??? hehehehe....
              Setelah kami menunggu sekitar 1 jam an, akhirnya kereta api yang kami tunggu - tunggu pun datang juga. Kami pun segera menuju gate untuk memeriksakan tiket sebelum masuk ke kereta api. Saat kami sedang mengantri, tiba - tiba ..
            " Woi Syahdan, jadi berangkat nih akhirnya ? Kece bener loe, hahaha"
Suara tersebut mengejutkanku. Ketika aku menoleh, ternyata ada seorang kakak tingkatku di tekkim yang juga ikut di event yang sama denganku, yang tidak lain adalah Mas Irham. Kupandangi sejenak sosok Mas Irham yang malam itu penampilannya mempesona *yaks. Spontan saja kusalami dia..
             " Waduh Mas Irham, tambah subur aja nih hehehe. Naik kereta apa mas ke Jakarta ?"
             " Naik Kertajaya Dan, loe naik apa ?"
             " Waduh sama dong. Sip dah"
          Setelah melewati antrian yang berjejal - jejal, akhirnya kami masuk juga ke dalam kereta. Bener - bener adem, nyaman deh pokoknya udahan meski keretanya kereta ekonomi. Sekarang kagak ada bedanya kereta ekonomi, bisnis, sama eksekutif. Sama - sama ada AC - nya, so kalo ada yang murah tiketnya ngapain cari yang mahal hehehe :p. Sesampainya kami di tempat duduk, ternyata tempat duduk kami berhadapan dengan tempat duduk seorang ibu dan 2 orang anaknya. Satu orang anaknya cowok seumuran aku, Hamid, dan Wahyudi, tapii satunya lagi adalah seorang cewek berjilbab merah, mungkin 2 tahun lebih muda dari aku lah. Pas awal - awal perjalanan gak ada masalah, mereka ( ibu tadi dan 2 orang anaknya ) lagi ngobrol - ngobrol pake bahasa daerah yang aku sama sekali nggak tau artinya :/, sedangkan kami bertiga ( Aku, Wahyudi, dan Hamid ) sibuk belajar soal - soal buat lomba kami di jakarta nanti. Tapii beberapa saat kemudian aku pun kaget, karena cewek yang didepanku ini hampir #maaf ngebuka jilbabnya !! Aku pun berusaha memalingkan muka sejenak, ternyata nggak bener - bener ngebuka jilbab. Dia cuman ngelonggarin jilbabnya doang, tapi ya tetep aja hampir keliatan. Walhasil aku cepet - cepet tidur dan nutupin mukaku pake tas. Mendingan aku lanjut belajar besok pagi deh, daripada ntar makin malem, fikiranku malah makin mikir yang enggak - enggak, fikirku pada saat itu. -_-"


Surabaya - Jakarta, 15 September 2015, 21.00
( to be continued )

Kamis, 24 September 2015

GARIS KEHIDUPAN


Adakalanya memang waktu merubah segalanya...
Yang pengecut jadi pemberani...
Yang bodoh jadi bijak...
Yang pendendam jadi pemaaf...

Adakalanya waktu lah yang membuat kita mengerti...
Mengapa garis hidup yang kita tempuh seperti ini...
Mengapa bukan seperti itu...
Atau mengapa bukan jalan - jalan yang lainnya ...

Garis kehidupan...
Bukan untuk ditakuti, tapi untuk dijalani...
Garis kehidupan...
Bukan untuk disesali, tapi untuk dipelajari dalam setiap langkahnya...
Garis kehidupan...
Bukan untuk membuat kita semakin lemah, tapi justru untuk mendewasakan diri kita...

Kita tidak memilih untuk dilahirkan...
Namun kita dilahirkan untuk memilih...
Menjadi tegar, setegar batu karang...
Atau menjadi lemah, selemah - lemah makhluk hidup...
Menjadi pemimpin, yang selalu berusaha terdepan menyerukan kebajikan...
Atau menjadi sekadar pengikut, yang tak tahu apa - apa dibelakang...
Menjadi inspirator, dimana setiap langkah hidupnya adalah suri tauladan bagi sekelilingnya...
Atau bahkan menjadi orang - orang yang dibenci dan dihindari oleh sekitarnya...

Peradaban jauh lebih membutuhkan orang yang MAU BELAJAR, ketimbang orang yang hanya berpangku tangan...
Peradaban jauh lebih membutuhkan orang yang BERANI AMBIL RESIKO, ketimbang orang yang tidak berani mencoba...
Peradaban jauh lebih membutuhkan orang yang BERKARAKTER, ketimbang orang jenius namun tidak punya karakter diri...

Nikmatilah garis kehidupan yang telah ditakdirkan padamu...
Karena bisa jadi itu kurang baik menurutmu, tetapi sangat baik menurut Allah...

Jalanilah garis kehidupanmu dengan Senyum, Semangat, dan Cinta....

:)

Sabtu, 12 September 2015

MUQIM, Here We Go !!! ( MUQIM I, 1st Day )


Yang namanya pahlawan, selalu membela yang namanya kebenaran...
Yang namanya pahlawan, selalu menata niat yang ada di dalam hatinya untuk berjuang di jalan yang benar...
Yang namanya pahlawan, selalu membutuhkan satu sama lain untuk saling menguatkan demi tujuan yang besar...

Sekiranya seperti itulah kata - kata motivasi yang sangat menginspirasi dari Mas Amron selaku ketua umum JMMI ketika membuka acara yang telah kami nanti - nantikan bersama. Acara apa itu ? Acara yang tidak lain adalah MUQIM I, salah satu kegiatan sejenis pesantren kilat yang diadakan oleh Departemen Kaderisasi JMMI - ITS untuk para staff baru. MUQIM 1 ini merupakan sebuah program kaderisasi lanjutan dari PSI I ( Program Studi Islam 1 ), dimana fokusan utamanya adalah pembinaan Syaksiyah Islamiyah atau membangun karakter keislaman dalam diri. Tema yang diusung pada MUQIM 1 2015 ini adalah "The real world needs real heroes", yang kira - kira maknanya adalah bahwa peradaban dunia ini membutuhkan sosok Hero atau sosok pahlawan yang telah dideskripsikan oleh Mas Amron dalam kata - kata motivasinya. Dengan kata lain, wujud konkrit dari sosok Hero ini tidak lain adalah kita semua sebagai kader - kader dakwah Islam, khususnya kader - kader dakwah di lingkup ITS tercinta ini...

Kami berangkat dari ITS menuju lokasi MUQIM, yakni di daerah Bangil, Pasuruan pada pukul 15.30. Selama perjalanan, ada perasaanku yang berbeda dari biasanya. Jika biasanya aku menghabiskan waktu di perjalanan dengan tertawa bersama dan bercanda ria, kali ini kami menghabiskan waktu selama perjalanan dengan menghafalkan Hadits Arba'in dan Q.S Al - Mu'minun 1 - 11. Kuperhatikan satu per satu raut wajah kawan - kawanku di Jisang yang kami naiki. Ada yang raut wajahnya tenang sambil memejamkan mata dan menghafal, ada yang wajahnya semrawut (*eh :D ), ada yang gelisah karena tidak kuat menahan bau asap Jisang yang melaju kencang, bahkan ada pula yang begitu khusyuknya menghafal sampai terbawa ke alam mimpi. Namun kantuk, pengap, asap Jisang dan sebagainya tidak menyurutkan niat kami untuk menyerah pada proses hafalan kami pada saat itu. Walhasil usaha kami membuahkan hasil. Banyak yang akhirnya selama perjalanan bisa menghafal 3 Hadits dan sebagian ayat dari Q.S Al - Mu'minun tersebut. Sungguh hebat para panitia yang memberi kami penugasan menghafal seperti ini , sehingga menjadikan waktu kosong selama perjalanan ini bermanfaat bagi kita semuanya. Bahkan kawanku, Haryo, yang duduk di sebelahku pun nyeletuk "Wah, kita udah mirip mujahidin palestina nih. Setiap mau tempur, selalu baca Al - Qur'an di perjalanan.". Aku pun terkekeh, gimana bisa orang - orang di Jisang yang kesehariannya slenge'an kayak gini disamain sama mujahidin. Tapi setelah kufikir - fikir, memang benar adanya bahwa disaat itu kitapun bisa disebut sedang berjihad. Berjihad dalam menuntut ilmu Allah....

Ada sebuah pengalaman menarik ketika kita para "Mujahidin" JMMI ( *hehehe ) tiba di lokasi MUQIM, lebih tepatnya di SDIT Al - Uswah, Bangil. Malam sebelum tidur, kami pun berkumpul bersama di sebuah Aula kecil. Disitu kami ta'arufan ( inget, bukan ta'aruf nikah lo ya !!! ) satu sama lain. Tapi ditengah - tengah forum, salah satu panitia yang kocaknya bukan main yang namanya adalah Mas Monte ngasih tantangan ke kita semua. Kita semua harus manggil satu sama lain dengan awalan "Akh" atau "Akhi", dan hukuman bagi yang ketauan gak pake awalan adalah harus salaman Cipika - Cipiki dengan orang yang kita panggil tadi. Walhasil kita ngakak gak karuan selama ta'arufan berlangsung. Kawanku, Amirul Muzakki yang biasa akrab kita sapa Amik, memegang rekor tertinggi paling banyak Cipika - Cipiki nya dengan peserta lain. Entahlah dia bener - bener belum terbiasa pake sebutan "Akh", ato emang modus pengen Cipika - Cipiki sama seluruh ikhwan yang hadir di MUQIM ( *Ups :D ). Well, entah alasannya apa, tapi yang jelas ide gokil dari Mas Monte bener - bener bikin cair suasana dan bisa mengakrabkan kita semua, seluruh peserta dan panitia MUQIM, serta PH JMMI. Hehehe...

Okee, mungkin sekian dulu buat ulasan hari pertama nih. Kapan buat yang hari kedua dan ketiga ? Naaah kepo kaan ? Hehehe... Tunggu ulasannya di tulisanku selanjutnya yaa :))


Kamis, 27 Agustus 2015

Zero Mind State


"Pada suatu ketika, ada sebuah pesawat terbang yang memasuki zona merah di awan hitam yang tebal dan berpotensi untuk menghasilkan kilat. Pesawat ini tiba - tiba hilang kendali dan menukik tajam kebawah. Sang pilot yang menjadi tumpuan para awak pesawat pada saat itu pun panik. Ia berfikir bahwa pesawat ini pasti akan hancur berkeping - keping. Ia pun mengosongkan fikirannya sembari terus bertasbih kepada Allah, menutup matanya, lalu kemudian terdengar suara seperti baja ratusan ton meluncur diatas sungai... Subhanallah, pesawat tersebut ternyata sudah terapung di atas air dan tidak hancur berkeping - keping ... Tidak ada penumpang yang meninggal, walaupun banyak yang mengalami luka berat."

Pernahkah teman - teman mengalami kejadian yang hampir mirip dengan kejadian di atas ? Walau bukan benar - benar kejadian pesawat jatuh yang dialami teman - teman, namun kejadian dimana teman - teman sudah nggak bisa berbuat apa - apa lagi, sudah tinggal pasrah menunggu keajaiban lah istilahnya. Yap, itulah yang disebut Zero Mind Process atau ada pula yang menyebutnya Zero Mind State. Mungkin istilah ini tidak asing bagi kita semua yang pernah mengikuti seminar - seminar motivasi atau ESQ training. Pada seminar ESQ umumnya, Zero Mind State ini identik dengan sesi "Nangis - nangis" kalo sahabat saya dulu bilang :p, hahahaha. Saat ada seminar ESQ, selalu ada sesi di ujung acara dimana trainer atau pemateri ESQ benar - benar mengondisikan suasana menjadi sesedih mungkin dengan memaparkan berbagai ilustrasi, bahkan musik - musik melankolis yang membuat hati kita trenyuh manakala mendengarnya. Nah, sebenarnya apa yang dimaksud dengan Zero Mind State itu ????

Zero Mind State ( ZMS ) atau Proses Pikiran Bersih, adalah istilah khusus yang digunakan untuk menunjukkan kepasrahan penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT dalam kondisi apapun. Ary Ginanjar, seorang motivator terkenal di Indonesia pernah memaparkan suatu hal yang menarik dalam salah satu video ESQ nya. Dalam videonya, ia menyebutkan rumus - rumus menarik terkait kehidupan manusia, setelah sebelumnya membahas tentang problematika dalam kehidupan ini, khususnya dalam bidang spiritual yang kerap terjadi di kehidupan Alam Semesta ini, misalnya masalah tentang manusia yang tidak jujur dalam memimpin, manusia yang bahkan belum mengenali dirinya sendiri, dan lain sebagainya. Ia membuka narasinya dengan mengilustrasikan bumi yang begitu kecilnya dan hanya tampak seperti butiran debu jika dibandingkan dengan planet - planet di sekitarnya. Ini semua mempertegas fakta bahwa memang sudah seharusnya manusia berserah diri kepada Tuhannya, atas apa yang menimpa dan terjadi pada dirinya sendiri. Agar mempermudah kita dalam memahami pemaparan dari Ary Ginanjar ini, saya akan memberikan contoh yang lebih sederhana lagi...

Bagi teman - teman yang saat ini sudah mahasiswa, coba kita ingat kembali saat - saat dimana kita menjalani seleksi masuk perguruan tinggi negeri se - Indonesia, atau kalau sekarang bisa disebut SBMPTN. Bayangkan kembali perasaan kita saat sebelum masuk ruangan. Pasti di saat itu jantung kita benar - benar berdetak tidak karuan, fikiran kita yang terus membayangkan sulitnya soal - soal ujian yang akan kita hadapi, serta hati kita yang terus bertanya - tanya ;

"Apakah aku nanti pasti bisa mengerjakan?"
"Aku memang sudah mempersiapkan diri sejak 1 tahun lalu, namun apakah nanti aku pasti masih ingat semuanya ? Dan bagaimana jika aku tiba - tiba lupa ?"
"Bagaimana jika nanti di ruangan ada kesalahan teknis yang justru merugikan aku ?"

dan pasti banyak pertanyaan lain yang bergejolak dalam hati kita pada saat itu. Kemudian setelah kita semua selesai ujian, mari kita bayangkan kembali raut muka kita saat keluar ruangan. Mungkin ada yang raut mukanya riang gembira, namun tidak sedikit pula yang raut mukanya suram. Selesai ujian pun, pasti banyak dari kita yang masih saja bertanya - tanya dalam hati ;

"Sulit sekali yang kukerjakan tadi ? Apa iya bakalan lolos ?"
"Memang ada soal - soal yang aku bisa tadi. Namun sainganku adalah calon mahasiswa dari seluruh Indonesia, dan pasti banyak dari mereka yang nilainya nanti sama dengan aku. Mampukah aku memperebutkan 1 buah kursi di Perguruan Tinggi impianku dengan jutaan calon mahasiswa dari Sabang sampai Merauke ?"
"Sudah bertahun - tahun aku menyusahkan orang tuaku semasa sekolah. Apakah aku tega menyusahkan kedua orang tuaku lagi lantaran harus masuk Perguruan Tinggi Swasta yang mahal karena tidak lolos tes ? Anak macam apa aku ini jika sampai seperti itu ?"

disaat - saat penuh gejolak itulah kita semua pasti ingin semuanya baik - baik saja dan berjalan sesuai rencana, namun ingatlah disaat itu kita pun tidak bisa berbuat apa - apa, kita tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa memasrahkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang telah kita perjuangkan detik tersebut dan sebelum - sebelumnya. Kira - kira pada situasi inilah yang menggambarkan dimana kita sedang mengalami fase "Pikiran Bersih" atau Zero Mind State...

Masyaallah, sungguh luar biasa bentuk kepasrahan kepada Sang Maha Pencipta mampu menghasilkan suatu pencapaian yang terkadang tidak kita duga - duga sebelumnya. Ary Ginanjar memberikan rumus final yang menarik terkait kepasrahan ini, yaitu :


Rumus ini mungkin memang kerap kita kenal dalam ilmu matematika. Namun sesungguhnya, terdapat filosofi kehidupan yang menarik dari teorema ini. Disini angka 1 menujukkan keberadaan Allah SWT sebagai pembilang ( di atas ), sementara angka 0 menunjukkan "Pikiran yang Bersih dan Pasrah" dalam diri manusia sebagai penyebut ( dibawah ), yang menghasilkan sesuatu yang bernilai tak terhingga, tak terduga - duga, atau diluar nalar manusia. Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah dan rumus diatas adalah bahwa apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita yang jika kita landasi dengan kepasrahan penuh kepada Allah SWT setelah BERUSAHA SEMAKSIMAL - MAKSIMALNYA, akan membuat diri kita menjadi sosok insani yang tangguh dan mampu ditempa oleh berbagai cobaan. Saat kita berusaha atau berikhtiar, terkadang kita khawatir terlebih dahulu terhadap hasil. Tetapi jika kita memasrahkan hasil sepenuhnya kepada Allah, kita akan mendapatkan segala sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan. Karena PASRAH bukan berarti KALAH, dan BERSERAH DIRI bukan berarti PENGECUT. Jikalau memang kita mendapatkan apa yang kita inginkan, itu adalah nikmat yang Allah limpahkan kepada kita. Namun jikalau kita belum bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, yakinlah bahwa Allah memiliki rencana yang jauh lebih indah dibalik itu semua.

"...Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar - benar orang yang beriman" ( Q.S Al - Ma'idah : 23 )

Selamat beraktivitas kawan - kawan, semoga hari ini bisa menjadi hari terindah untuk kita semuanya :)



~ Inspired by True Story

~Sumber : http://www.kompasiana.com/radipt/zero-mind-process-kekuatan-berserah-diri_552aedc06ea834c542552d41 ( dengan pengubahan )

Sabtu, 22 Agustus 2015

Kopinya atau Cangkirnya ?????

Pada suatu malam di sebuah cafe, ada 2 orang pemuda bernama Firdaus dan Amir sedang bercakap - cakap. Mereka saling bersahabat sejak SMA. Namun setelah lulus mereka berdua pun harus terpisah jauh, karena Amir melanjutkan kuliah di Perancis sedangkan Firdaus tetap di Indonesia. Kini mereka pun bertemu kembali untuk melepas rindu...

"Mir, coba cicipin kopi ini. Gimana rasanya ? " tanya Firdaus sembari menyodorkan cangkir berlapis emas berisi kopi
"Hmm, luar biasa nikmat kopi ini" jawab Amir sembari mengacungkan jempolnya.

Kemudian Firdaus menyodorkan gelas plastik berisi kopi kepada Amir dan memintanya untuk mencicipinya lagi...

"Bagaimana rasanya yang ini ?" tanya Firdaus lagi
"Biasa saja. Masih jauh lebih nikmat yang ada di gelas emas." jawab Amir sekenanya

Firdaus pun menggelengkan kepalanya seraya tersenyum dan berkata, "Perlu kamu ketahui, sebenarnya kedua kopi yang kamu minum itu sama saja. Hanya saja sebagian kutuangkan ke dalam cangkir emas, sebagiannya lagi kutuangkan ke dalam gelas plastik ".......


Cerita diatas mungkin hanyalah sebuah perumpamaan dari apa yang sering kita alami dalam kehidupan kita. Mari kita ibaratkan orang - orang yang ada di sekitar kita adalah wadah dari kopi tersebut ( cangkir emas, gelas plastik ) dan kopi yang ada di dalamnya sebagai nasihat orang - orang di sekitar kita. Seringkali orang - orang di sekitar kita memberikan nasihat - nasihat baik kepada kita, namun kita selalu menyepelekan mereka manakala derajat kita lebih tinggi dari mereka. Contohnya saja, ada tukang sampah menasihati kalian agar membuang sampah pada tempatnya. Saya yakin bahwa respon kita terhadap nasihat tersebut berbeda disaat yang berkata demikian adalah dosen kita, atau pakar lingkungan. Kita akan langsung melaksanakannya manakala diperintah oleh dosen kita, namun kita mungkin mengabaikannya manakala ada seorang tukang sampah yang menasihati demikian. Padahal isi nasihatnya sama saja kan ?

Saudaraku, memang benar pepatah orang bijak. "Ketika menilai orang lain, jangan lihat SIAPA DIA. Namun lihatlah APA YANG DIA KATAKAN dan APA YANG TELAH DIA PERBUAT UNTUK ORANG - ORANG DISEKITARNYA"...........

Semoga bisa jadi bahan renungan untuk kita semuanya ..

:)

#InspiredByTrueStory




Sabtu, 15 Agustus 2015

Jangan Meng-COPY Apabila Tidak Bisa Mem-PASTE !!



Dalam suatu seminar, seorang motivator berkata kepada audiens nya, "Saat - saat terindah dalam hidup saya telah saya jalani dengan seorang wanita yang bukan istri saya..."

Audiens pun terkejut, kemudian berbisik - bisik...

"... dan wanita tersebut adalah Ibu saya.. " sambung motivator tersebut sambil tersenyum. Audiens pun bertepuk tangan secara meriah..

Ada seorang laki - laki yang hadir dalam seminar tersebut. Sesampainya ia dirumah, ia ingin mempraktekkan di depan istrinya seperti yang telah dilakukan oleh motivator tersebut. Maka ketika ia mendapati istrinya sedang memasak air di dapur, ia pun berkata, "Saat - saat terindah dalam hidupku telah kujalani dengan wanita yang bukan istriku.." 

"...dan wanita tersebut adalah... Ah sudahlah lupakan, aku lupa lanjutannya" ujar laki - laki tersebut di depan istrinya. Selanjutnya ia tak ingat apa - apa lagi. Ketika terbangun, dirinya sudah berada di rumah sakit dalam kondisi terbalut perban..

Saudaraku, mungkin cerita diatas hanyalah anekdot, atau cerita ringan. Namun sejatinya, terdapat makna didalamnya. Jangan pernah kita ikut - ikutan melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain tanpa tahu dasarnya, tanpa tahu tujuannya, bahkan tanpa tahu konsekuensinya. Memang benar terkadang kita harus belajar dari apa yang dilakukan oleh orang lain, namun kita juga harus mampu bersikap selektif dan tidak menelannya mentah - mentah....

:)

~ Catatan dan Pesan Blackberry Professor

Menilik Makna Kisah Kelinci dan Kura - kura



Suatu siang, saya dan teman - teman menghadiri sebuah talkshow yang membahas pentingnya mengenali potensi diri serta mengembangkannya. Dengan narasumber - narasumber yang sangat menginspirasi sekaligus kocaknya bukan main, perut ini terasa sakit lantaran kebanyakan ketawa. Namun ditengah - tengah acara, salah seorang narasumber menceritakan sebuah kisah yang menurut saya sederhana, namun justru sangat bermakna. Kira - kira beginilah cerita dari narasumber kocak nan inspiratif tersebut. Cekidot !!! .... :))

Suatu ketika ada seekor kelinci yang amat sombong mengajak kura - kura untuk berlomba lari. Pada perlombaan pertama, kelinci ini pun berlari sangat kencang meninggalkan kura - kura yang masih tertatih - tatih berlari sangat lamban. Namun ditengah jalan mendekati finish, si kelinci ini pun berhenti di perkebunan wortel. Ia pun makan banyak wortel hingga kekenyangan dan akhirnya tertidur. Kesempatan ini tidak disia - siakan oleh kura - kura, sehingga kura - kura pun mempercepat larinya. Akhirnya kura - kura ini pun berhasil mendahului si kelinci dan mencapai finish terlebih dahulu...
Keesokan harinya, si kelinci ini pun mengajak lomba lari untuk yang kedua kalinya. Kali ini si kelinci benar - benar bertekad bagaimanapun caranya ia harus memenangkan lomba lari ini. Ia harus mengalahkan kura - kura. Maka ketika lomba dimulai, si kelinci ini pun berlari sangat cepat mendahului kura - kura. Ia bertekad untuk tidak beristirahat sampai ia sampai ke garis finish. Ia pun terus berlari dan akhirnya kura - kura pun tertinggal jauh di belakang. Kelinci ini pun memenangkan perlombaan yang kedua...
Keesokan harinya lagi, giliran si kura - kura yang mengajak si kelinci berlomba lari lagi. "Ah sudahlah, kenapa kau ini ? Lelah aku berlari sejak kemarin" keluh si Kelinci. "Lomba lari kali ini bakal berbeda, karena lomba hari ini aku yang menentukan rutenya." jawab si Kura - kura. "Boleeh, siapa takut ??" seloroh si kelinci dengan sombongnya sembari menepuk - nepuk dada. Lomba yang ketiga pun dimulai. Seperti biasa si kelinci selalu berlari mendahului kura - kura pada awalnya. Namun di tengah perjalanan, si kelinci pun terhenti karena di depannya ada sungai. "Waduh, gimana nih. Aku kan nggak bisa berenang." gumam si kelinci. Tak lama kemudian, si kura - kura pun tiba di depan sungai dan langsung berenang menyeberangi sungai, meninggalkan si kelinci yang kebingungan. Walhasil, si kura - kura pun kembali memenangkan perlombaan...
Keesokan harinya lagi, si kelinci mengajak kura - kura berlari lagi. "Lomba lari yang keempat ini beda dari yang kemarin - kemarin. Sekarang peraturannya begini. Ketika kita berada di darat, aku akan berlari sambil menggendongmu. Namun manakala ada di perairan, kau yang harus berenang sambil menggendongku. Yang nanti tidak kuat menggendong di tengah jalan, maka nanti dia yang kalah. Sepakat ?" kata si kelinci yang langsung disetujui oleh kura - kura. Perlombaan pun dimulai. Saat berada di daratan, kelinci menggendong si kura - kura yang terbiasa berlari lambat. Namun ketika di sungai, kura - kura yang menggendong si kelinci yang tidak bisa berenang. Akhirnya, mereka pun bersama - sama sampai ke finish, mencapai tujuan akhir bersama - sama....

Saudaraku, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari keempat perlombaan lari yang dilakukan oleh kelinci dan kura - kura ini :

- Pada perlombaan pertama, jangan pernah menganggap remeh orang lain. Sejelek apapun orang lain di mata kita, belum tentu itu berlaku di mata Allah. Bisa jadi justru orang yang kita remehkan tersebut lebih mulia kedudukannya di mata Allah. Bahkan mungkin juga diri kita yang tidak ada apa - apanya !! Janganlah pula menyombongkan diri atas kelebihan - kelebihan yang kita miliki, karena kelebihan kita pun datangnya dari Allah, dan Allah Maha Memiliki segalanya...

- Pada perlombaan kedua, jangan pernah melakukan kesalahan yang sama. Belajarlah dari pengalaman, karena pengalaman adalah salah satu guru kehidupan yang terbaik. Bahkan menurut pepatah, keledai pun tidak akan terperosok kedalam lubang yang sama. Masa iya kita kalah sama keledai ??? hehehe.....

- Pada perlombaan ketiga, kenalilah potensi diri kita. Sebesar apapun potensi yang ada di dalam diri kita, namun jika tidak kita gali, maka itu tidak akan membuahkan hasil apapun. Dalam cerita di atas, kura - kura memang tahu bahwa dirinya tidak bisa berlari cepat, namun bisa berenang. Oleh karena itu ia membuat rute yang melewati sungai. Dirinya mengetahui bahwa lawannya ( si kelinci ) tidak bisa berenang. Si kelinci yang sudah larut dalam kesombongannya pun akhirnya terkejut manakala si kura - kura membuat rute dengan cerdas dan mengetahui kelemahan dalam dirinya. Memang benar adanya, orang yang berpotensi namun tidak mau belajar akan KALAH dengan orang yang tidak mempunyai potensi namun mau berusaha keras dan belajar !!...........

- Pada perlombaan keempat, bersinergilah dalam mencapai suatu tujuan yang baik ! Untuk mencapai suatu tujuan besar, memang diperlukan berbagai jenis potensi diri yang berbeda untuk mewujudkannya. Namun jika berbagai potensi diri yang berbeda - beda ini tidak mampu bersinergi, bukan kekuatan yang akan timbul, justru malah kehancuran ! Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memanfaatkan potensi yang ada di dalam diri kita serta bersinergi dengan orang - orang disekitar kita, agar tujuan besar kita tercapai !!.....


Selamat beraktivitas kawan, semoga hari esok bisa menjadi hari yang lebih baik dibandingkan dengan hari ini. Teruslah belajar, teruslah mencoba, dan jangan pernah berhenti untuk berkarya...


:)


~Inspired by "Sarjana Humor"

#KetikaMasGagahPergi
#MotivationalStory

@SantikaHotel


Kamis, 13 Agustus 2015

Kisah Empat Lilin


Alkisah ada 4 buah lilin yang menyala di dalam kamar. Sedikit demi sedikit mereka berempat pun mulai meleleh. Suasana begitu sunyi, sehingga terdengarlah percakapan mereka...

Lilin Pertama berkata, " Aku adalah PERUBAHAN. Namun manusia tidak ada kemauan untuk berubah menjadi lebih baik. Mereka terlena dengan segala hiruk pikuk dunia dan bermalas - malasan. Jadi untuk apa aku masih menyala ? Lebih baik aku memadamkan diriku saja ! ". Tak lama kemudian lilin pertama pun padam....

Lilin Kedua berkata, " Aku adalah IMAN. Sayang sekali manusia sudah tidak mau mengenaliku lagi. Beribadah pun tak mau tepat waktu, dan lebih mementingkan urusan dunia nya. Maka untuk apa aku masih menyala ? ". Tak lama kemudian lilin kedua padam pula....

Lilin Ketiga berkata, " Aku adalah CINTA. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia hanya mencintai kekasihnya saja dan melupakan orang - orang yang jelas menyayanginya, yaitu orang tua dan keluarganya. Bahkan aku sering digunakan tidak semestinya, yakni diluar jalan Allah. Maka untuk apa aku masih tetap menyala ? Aku pun sudah tak kuat. ". Lilin ketiga pun akhirnya padam....

Tiba - tiba ada seorang anak kecil yang masuk ke kamar. Ia pun ketakutan lalu berkata kepada lilin keempat, " Apa yang terjadi ? Kalian semua harus tetap menyala. Aku sangat takut dalam kegelapan ". Lalu anak kecil ini menangis tersedu - sedu...

Lalu dengan terharu lilin keempat pun berkata, " Jangan takut dan janganlah bersedih. Karena jika aku masih ada, maka ketiga lilin tadi pasti bisa menyala. Karena aku adalah HARAPAN ". Lalu anak kecil tersebut menyalakan ketiga lilin yang padam tersebut dengan lilin harapan...

Saudaraku, sesuatu yang tidak akan pernah mati di dalam hati kita adalah harapan. Semoga kita semua bisa bersikap seperti anak kecil tersebut, yang dalam situasi apapun dapat menghidupkan kembali IMAN, CINTA, dan PERUBAHAN dengan HARAPAN - nya. Kita pun memiliki kemampuan untuk menyalakan semangat, demi menghidupkan iman, cinta, dan perubahan dengan pengharapan yang ada dalam hati....

So, jagalah harapanmu agar tetap menyala dalam kondisi apapun !!!!!

:))

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=UzkllL4aLFI


Selasa, 11 Agustus 2015

Belajarlah dari Seekor Lebah...


"Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan ( yang dihinggapinya ) " ( H.R Ahmad )

Manusia sejatinya memiliki sifat - sifat unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena pada hakikatnya kita sebagai manusia adalah makhluk yang paling sempurna, dimana kita dikaruniai akal dan hawa nafsu. Sehingga manusia dapat pula disebut sebagai makhluk yang istimewa. Namun, untuk apa keistimewaan - keistimewaan ini ? Apakah hanya dibiarkan begitu saja ? Seperti apa seharusnya makhluk yang disebut istimewa itu bersikap ?

"Sebaik - baik manusia diantaramu adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" ( H.R Bukhari )

Nah, manusia - manusia yang seperti inilah yang memberikan warna indah di dunia ini. Mereka tidak pernah berniat merugikan orang lain, wataknya baik, hatinya lembut, dan kata - katanya tidak pernah menyakitkan. Allah telah menciptakan lebah yang dapat kita jadikan contoh sekaligus inspirasi.

Tiada pernah Allah menciptakan sesuatu dengan sia - sia, bahkan untuk makhluk sekecil apapun seperti lebah. Manusia dapat belajar banyak hikmah dari lebah. Rasulullah pun menginginkan kita mengambil pelajaran dari lebah sebagaimana hadits yang telah disebutkan diatas. Lebah hanya ingin hinggap di tempat tertentu, di tempat pilihan. Lebah juga hanya memakan makanan yang terpilih dan berkualitas baik.

"Dan tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, 'buatlah sarang di gunung - gunung, di pohon - pohon kayu, dan di tempat - tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari ( macam ) buah - buahan lalu tempuhlah jalan Tuhan-Mu yang telah dimudahkan ( bagimu ).' Dari perut lebah itu keluar minuman ( madu ) yang bermacam - macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar - benar terdapat tanda ( Kebesaran Allah ) bagi orang yang berfikir." ( Q.S An-Nahl 68 - 69 )

Inilah sifat - sifat dari lebah yang harus kita contoh sebagai manusia. Cekidot !!!

1. Hinggap di Tempat yang Bersih dan Memakan Makanan yang Bersih Pula
    Lebah hanya singgah di tempat - tempat terbaik dan terpilih dan tidak mau hinggap di tempat - tempat yang kotor. Sama halnya seperti kita. Kita sebagai manusia pun harus menjaga kebersihan diri dan sekitarnya dimanapun kita berada, serta memakan - makanan yang halal dan baik.
2. Memproduksi dan Mengeluarkan yang Baik
    Lebah amat produktif dalam kebaikan. Lebah mencari kebaikan dan mengeluarkan kebaikan pula, berupa madu yang dikeluarkannya. Madu ini memiliki sejuta manfaat dan menjadi penawar berbagai penyakit. Sama halnya seperti kita. Kita sebagai manusia dengan semangat berjama'ahnya harus produktif tolong - menolong dalam hal kebaikan, saling menasehati, serta senantiasa menebar manfaat bagi sekelilingnya.
3. Tidak Pernah Merusak
    Lebah tidak pernah merusak bunga manakala menyerap serbuk sari bunga tersebut. Lebah justru membantu tumbuhan untuk "menaikkan" produktivitasnya. Dengan kata lain, lebah membantu penyerbukan. Hari - hari sang lebah penuh semangat untuk berkarya dan beramal. Kerja keras dan semangatnyalah yang patut dicontoh kita sebagai manusia. Namun kita lebih dituntut lagi untuk menegakkan keadilan. Walaupun memang banyak manusia yang cinta keadilan, namun tidak suka manakala dirinya dirugikan dalam upaya penegakkan keadilan tersebut hingga terkadang menuntut balasan yang berlebihan.
4. Hidup Berjama'ah
    Lebah selalu hidup berjama'ah dengan beberapa pasukan, tidak pernah menyendiri, apalagi dalam bekerja. Mereka bekerja secara kolektif dan semua memiliki tugas masing - masing. Ketika mereka menemukan sari madu, mereka akan memanggil teman - temannya. Begitupula saat menghadapi bahaya, mereka akan mengeluarkan feromon ( sejenis zat kimia pemberi isyarat ) untuk mengundang teman - temannya agar membantu dirinya. Begitupula seharusnya kita sebagai manusia. Kita adalah makhluk sosial, dimana kita saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berjama'ah juga ada perintah untuk tunduk pada satu pemimpin. Itulah yang senantiasa dilakukan oleh lebah. Mereka patuh pada satu komando dan satu pimpinan. Kita sebagai manusia yang notabene lebih cerdas dari lebah, tidak boleh memiliki perasaan ingin hebat sendiri atau ingin diakui sebagai pemimpin. Masing - masing diri adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi dirinya sendiri. Jadilah sebaik - baiknya pemimpin yang taat pada Allah serta taat kepada pemimpin yang menaati Allah.

Selamat beraktivitas kawan, semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semuanya dan bisa menjadi energi positif dalam menjalani kehidupan...
:)

#JanganBerdakwahNantiMasukSurga
-Dengan pengubahan -

Selasa, 04 Agustus 2015

Apa Makna "ORANGE" Bagimu ??


Kami mahasiswa teknik kimia...
Tak kenal lelah tuk berprestasi...
Bersama berjuang tuk meraih satu cita...
Jaya tekkim ITS ku tercinta...

Dengan orange di dada kami...
Dengan biru di pundak kami...
Mengabdikan dirimu untuk bangsa...
Almamaterku jaya tuk slamanya...

Orange creme de la creme napas persatuan...
Bangkitkan api semangat dalam diri...
Pejuang teknik kimia selalu bersama...
Berdiri atas nama keluarga...

Dengan orange di dada kami...
Dengan biru di pundak kami...
Mengabdikan dirimu untuk bangsa...
Almamaterku jaya tuk slamanya...

Teknik kimia jaya tuk slamanya...
Teknik kimia satukan suara...

Secara tak sadar, lagu itu kulantunkan sepanjang perjalanan pulang. Ya, itulah mars teknik kimia ITS, yang kubanggakan sebagai mahasiswa teknik kimia ITS. Dimana setiap liriknya berisi motivasi bagi setiap kader - kadernya. Inilah salah satu pemersatu kami, dimana kami senantiasa berusaha untuk selalu bersama dan berdiri atas nama keluarga dalam setiap langkah perjuangan, sebagaimana salah satu liriknya. Inilah salah satu pengingat bagi kami, agar senantiasa berprestasi tanpa kenal lelah untuk meraih satu tujuan...

VIVAT TEKKIM !!
Orange Creme De La Creme !!!!!
Kedua kalimat itulah yang sering terdengar bergemuruh saat kami keluar membawa nama teknik kimia keluar. Creme De La Creme ; terbaik dari yang terbaik. Itulah kira - kira makna dari Jargon atau VIVAT kami menurut cerita - cerita dari kakak tingkat. Memang itu adalah bahasa latin, yang sama sekali tidak aku ketahui. Mungkin inilah representasi semangat yang berapi - api, manakala semangat orang - orang yang meneriakkannya lebih tinggi dari kepalan tangan mereka sendiri...

Dengan orange di dada kami...
Seringkali aku melakukan perenungan tentang lirik tersebut. Sebenarnya apa makna orange tersebut ? Apakah hanya sekadar identitasku ? Ataukah hanya sekadar warna yang melekat di jaket saja ?Ataukah memiliki makna lain. Ah, betapa sering pemikiran seperti ini datang tak diduga - duga, yang terkadang membuatku bingung sendiri...

Mungkinkah ORANGE adalah KEBANGGAAN...
Dimana kami merasa sangat bangga manakala warna itu melekat di tubuh kami...
Mungkinkah ORANGE adalah SOLIDARITAS...
Dimana kami dipersatukan saat warna itu melekat di tubuh kami...
Mungkinkah ORANGE adalah MOTIVASI...
Dimana motivasi untuk berprestasi terus bermunculan dalam diri kader - kadernya ...

Well, mungkin juga masih banyak penafsiran dari masing - masing kadernya tentang "apa makna orange bagi mereka"..


So, it's your turn. Apa makna orange bagimu ???? :))


#OrangeCremeDeLaCreme


Minggu, 02 Agustus 2015

Cinta, Dua Hati Satu Jiwa


Begitulah cinta...
Hadirnya tak mengenal waktu dan tempat...
Hinggap di setiap jiwa yang mampu merasakannya...
Memberikan harapan baru di episode kehidupan...
Menebarkan sejuta rasa yang kadang tak terungkapkan, namun dapat dirasakan...

Lihatlah orang yang saling mencintai...
Ada semangat baru dalam hidupnya...
Ada energi baru yang mendorong dirinya...
Untuk terus melangkah, menggapai asa...

Cinta pun membutuhkan pasangan...
Itulah mungkin mengapa ?
Allah ciptakan tempat kosong diantara jemari kita...
Agar ada jemari lainnya yang dapat melengkapi dan membantu...

Itulah mungkin mengapa ?
Allah ciptakan 2 telinga dan 1 mulut...
Agar kita jauh lebih banyak menyimak...
Ketimbang berbicara tiada guna...

Itulah juga alasan...
Mengapa tidak ada manusia yang sempurna...
Agar ada manusia lainnya yang melengkapi dan menyempurnakan...

Seperti Khadijah yang berjasa...
Menyelimuti Sang Nabi dalam ketakutan mengemban risalah...
Seperti Aisyah yang berjasa...
Meriwayatkan seluruh kehidupan nabi sampai yang paling pribadi...
Seperti Hajar yang berjasa...
Meneguhkan iman Sang Suami, Ibrahim...
Dalam menjalankan titah Sang Khaliq...

Ya...
Mereka mempunyai posisinya tersendiri dalam sejarah...
Meneguhkan, menguatkan, dan melengkapi...
Perjuangan sang suami...

Benarlah ...
Bahwa di balik kesuksesan seorang lelaki...
Ada dua sosok wanita yang berjasa dibaliknya...
Yang tak lain adalah Ibu dan Istrinya...

Itulah...
Hakikat cinta sesama manusia...
Melengkapi agar sempurna...
Menambahkan hingga utuh...
Dan merenda cinta karenaNya...
Hingga cintapun abadi hingga Syurga...

- Setia Furqan Khalid -
#Jangan Jatuh Cinta, Tapi Bangun Cinta

Kado Lebaran Terindah

            
                 “ Allahuakbar … “
         Suara Imam shalat tarawih di masjid pun mengejutkan telingaku, ketika aku tengah mengerjakan shalat tarawih berjama’ah. Aku yang sedari tadi melamun tentu saja tersentak kaget, lalu kuikuti gerakan sujud Imam. Hari ini memang terasa tidak biasa bagiku, karena hari ini adalah saat – saat mendebarkan , dimana hasil kerja kerasku selama ini akan diumumkan hasilnya esok hari !
            Bagaimana tidak berdebar – debar ? Saat SBMPTN kemarin saja, aku hanya mengisi 3 soal di matematika IPA, 5 soal di mata pelajaran biologi, sedangkan teman – teman yang pada saat itu se ruangan denganku sempat kulihat mereka mengisi lebih banyak dariku. Sedih, galau, stress, takut bercampur aduk menjadi satu di dalam fikiran ini.
            “ Nak, gimana kalau kamu nanti nggak diterima ?? “
            “ Nggak usah takut masuk swasta Nak, toh tahun depan masih bisa ikut lagi . “
            “ Banyak kok teman mama yang di swasta juga bisa sukses…. “
            Ucapan – ucapan yang terlontar oleh ibuku sedikit mengusik kepercayaan diriku, namun memang benar adanya. Pada kenyataannya, universitas swasta juga tidak sejelek yang orang – orang fikirkan selama ini jika kita telaah lagi. Malahan, dosen – dosen dari universitas swasta jauh lebih memperhatikan mahasiswa dalam proses belajarnya. Tetapi yang mengganjal fikiranku sejak tadi ialah bagaimana jika ketika lulus aku sulit mencari kerja, hanya lantaran statusku sebagai lulusan swasta ? Selain itu, mengapa orang tuaku bisa kuliah di PTN, sedangkan aku tidak, padahal orang tuaku sudah banyak memfasilitasiku selama ini dan dulu orang tuaku kurang mendapatkan fasilitas yang memadai dari kakek nenekku ? Lalu apa artinya pengorbanan orang tuaku selama ini, yang sudah membiayai les ku yang mahal ? Kurenungkan pertanyaan – pertanyaan batin tersebut sembari beristighfar.
            Tak terasa sudah pukul 12.00 siang. Beredar info dari kawan – kawanku bahwa ada situs yang menyediakan informasi tembusan hasil SBMPTN, padahal yang resmi baru bisa dibuka pukul 17.00. Tanpa basa – basi langsung saja kubuka situs tembusan tersebut.
            “ MAAF, ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SBMPTN 2014 !

            Melihat tulisan itu, aku pun terkejut. Badanku pun menjadi lemas seketika, sementara tanganku terdiam sejenak. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak tahu harus menangis, berteriak, ataupun membisu karena kabar buruk ini. Saat itu Aku amat yakin bahwa situs tersebut menampilkan hal yang benar, mengingat saat mengerjakan soal kemarin Aku kurang yakin dengan jawabanku. Langsung kumatikan komputer, lalu aku merebahkan badanku di kasur. Kuambil handphone yang sejak tadi bergetar, ternyata ada pesan masuk. Kawan – kawanku merasakan hal yang sama denganku, galau. Namun mereka belum membuka situs tembusan tersebut lantaran masih belum siap mental. Ya Allah, apakah benar hambamu ini memang tidak ditakdirkan untuk lulus di SBMPTN ini ? Apakah saking besarnya dosaku Ya Allah, sehingga aku tidak pantas mendapatkan salah satu dari 2 almamater yang telah kupilih kemarin ? Apakah selama ini usahaku belajar pagi siang sore dan malam hanya terbayarkan oleh ucapan “Maaf” dari panitia ? Ya Allah, dekap lah aku dalam pelukanmu. Kuatkanlah iman, mental, dan motivasi hambamu yang lemah ini Ya Allah, desisku dalam hati. Aku memutuskan untuk tidak memberitahu orang tuaku terlebih dahulu, karena Aku masih mengharapkan ada perubahan data dan keajaiban di situs yang asli.
            Tepat 30 menit sebelum berbuka puasa, aku sudah siap di depan komputerku menanti pengumuman. Sudah kupasrahkan segala hasilnya kepada Allah, Maha Pemberi Rezeki. Aku hanya memohon agar diberikan yang terbaik. Jikalau aku memang diterima, Alhamdulillah. Jikalau tidak diterima, aku hanya memohon agar diberikan ketabahan, keikhlasan, serta mental yang kuat untuk berjuang di jalur selanjutnya. Perlahan kumasukkan nomor peserta dan tanggal lahir ke situs tersebut. Dan………………………………
            “ SELAMAT, ANDA DINYATAKAN LULUS SBMPTN 2014. DITERIMA DI : TEKNIK KIMIA – INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER !
            Subhanallah, engkau masih membukakan jalan untukku agar bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri favorit Ya Allah. Memang benar adanya, engkau tidak akan sekali – kali mengingkari janjimu. Engkau tidak akan pernah sekalipun mendzalimi makhlukmu yang lemah ini. Engkau masih mau mendengar do’a hambamu ini, hambamu yang hidupnya dipenuhi oleh dosa – dosa. Alhamdulillah, Luar Biasa, Allahuakbar !!

            Ditengah kegembiraan itu, sayup – sayup aku mendengar suara Qiro’ah dari speaker masjid dekat rumah, yang membuatku tersenyum haru.
             " Fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan , Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan "

Jumat, 31 Juli 2015

Betapa Kita Sangat Miskin ??

             


          Suatu ketika, ada seorang mahasiswa kaya raya bernama Doni dan Adiknya bertamasya di desa. Setelah puluhan kilometer ditempuhnya dari rumah dengan mobil BMW putih kesayangannya, akhirnya mereka berdua pun tiba di rumah Kakek mereka. Kakek menyambut mereka berdua dengan penuh kerinduan dan suka cita. Ketika Doni dan adiknya masuk ke ruang tamu, senyum lebar menghiasi wajah mereka berdua. Teringat kembali kenangan – kenangan masa lalu di rumah itu. Rumah yang menjadi saksi kerja keras Kakek dan Nenek ketika Ayah mereka masih muda dulu untuk menyekolahkan Ayah. Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan keras Nenek menghadapi penyakit yang dideritanya puluhan tahun silam, penyakit kanker otak yang menyebabkan Nenek harus berpulang ke Rahmatullah mendahului Kakek. Rumah yang senantiasa menjaga dan melindungi Kakek hingga saat ini berusia senja.
            Tak lama setelah melepas lelah, Doni pun mengajak Adiknya jalan – jalan ke pematang sawah sembari menikmati keindahan desa tersebut. Gunung yang menjulang, pepohonan yang menyegarkan mata, serta pemandangan yang membuat setiap insan yang melihatnya tak henti-hentinya mengucap tasbih, seakan menyambut kedatangan mereka. Mereka berdua melintasi beberapa rumah warga desa yang reyot sembari melambaikan tangan sekaligus mengucapkan salam kepada para penduduk desa yang mereka kenal ketika bertemu.
            “Kak, coba lihat itu !”
            Tiba – tiba suara adiknya membuyarkan lamunannya. Tetapi akhirnya Doni pun menoleh juga sembari tersenyum.
            “Ada apa Dik ? Bagaimana menurutmu desa ini ?”
            “Syukurlah Kak, liburan ke desa ini memberiku sedikit pencerahan.”
            “Sungguh ? Coba ceritakan pada Kakak”
            “Aku semakin tau bahwa manusia bisa sangat miskin Kak”
            Doni pun tercegang mendengar apa yang diucapkan adiknya. Mengapa yang dirinya pikirkan bisa sama dengan adiknya. Ya, sedari tadi Doni memang berpikir bahwa dirinya dan keluarganya jauh lebih beruntung dibandingkan orang-orang di desa ini. Doni berpikir bahwa dirinya telah memiliki segala yang diinginkannya. Rumah mewah, perhiasan, uang, kendaraan mewah, telah ia miliki semuanya. Bahkan, dirinya sekarang tengah berkuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran kelas internasional !! Namun, Ia tetap ingin mendengar apa yang sedari tadi adiknya pikirkan.

            “Oh ya ? Coba ceritakan pada Kakak”
            “Banyak sekali yang orang desa ini punya Kak. Mereka memiliki sawah yang luas untuk memenuhi sendiri kebutuhan makan mereka sehari-hari, sedangkan kita tidak. Mereka memiliki lingkungan hidup yang teramat bersih dan segar untuk ditinggali, sedangkan kita tidak. Ketika kita sebagai orang kota berlomba – lomba untuk mengumpulkan kekayaan, mereka senantiasa bersyukur karena mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. Ketika kita sebagai orang kota membutuhkan satpam ataupun bodyguard untuk menjaga rumah kita, mereka merasa saling memiliki satu sama lain sehingga berupaya untuk saling menjaga dan melindungi. Ketika kita punya acara keluarga dan tidak ada yang mau membantu kesibukan kita, mereka semua memiliki tetangga – tetangga yang ramah dan mau membantu dengan ikhlas.”
            Mendengar penjelasan sang adik, hati Doni pun menjadi tersentuh. Betapa tidak ? Adiknya yang masih berusia 10 tahun sudah mampu berpikir hingga sejauh itu dibandingkan dirinya yang sudah berusia 17 tahun. Pemikirannya jauh lebih dewasa daripada dirinya. Perlahan Doni pun meneteskan air mata, menyesali kekhilafannya selama ini. Ya Rabb, masih maukah Engkau mengampuni hambamu yang seringkali tidak tahu bersyukur ini ? Selama ini, diriku hanya memperjuangkan kepentingan dunia hingga terkadang melupakanmu Ya Rabb. Betapa selama ini seringkali kusia – siakan nikmat yang telah Engkau berikan. Betapa selama ini hambamu ini sering menganggap remeh orang – orang di sekitar hamba. Maafkanlah diriku ini, Ya Rabb, tangis Doni dalam hati.

            “Kau benar Dik, Kakak pun menyadarinya. Kita memang teramat miskin dibandingkan dengan mereka para penduduk desa” ujar Doni sembari membelai kepala adiknya. Hari itu, Allah memberikan Doni sebuah pelajaran berharga melalui sang adik.

Saudaraku, mungkin betapa sering diri kita bersikap tinggi hati. Betapa sering diri kita menganggap bahwa diri kita jauh lebih baik daripada orang lain. Namun, bisa jadi sebetulnya justru diri kita yang tidak ada apa - apanya