Jumat, 31 Juli 2015

Betapa Kita Sangat Miskin ??

             


          Suatu ketika, ada seorang mahasiswa kaya raya bernama Doni dan Adiknya bertamasya di desa. Setelah puluhan kilometer ditempuhnya dari rumah dengan mobil BMW putih kesayangannya, akhirnya mereka berdua pun tiba di rumah Kakek mereka. Kakek menyambut mereka berdua dengan penuh kerinduan dan suka cita. Ketika Doni dan adiknya masuk ke ruang tamu, senyum lebar menghiasi wajah mereka berdua. Teringat kembali kenangan – kenangan masa lalu di rumah itu. Rumah yang menjadi saksi kerja keras Kakek dan Nenek ketika Ayah mereka masih muda dulu untuk menyekolahkan Ayah. Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan keras Nenek menghadapi penyakit yang dideritanya puluhan tahun silam, penyakit kanker otak yang menyebabkan Nenek harus berpulang ke Rahmatullah mendahului Kakek. Rumah yang senantiasa menjaga dan melindungi Kakek hingga saat ini berusia senja.
            Tak lama setelah melepas lelah, Doni pun mengajak Adiknya jalan – jalan ke pematang sawah sembari menikmati keindahan desa tersebut. Gunung yang menjulang, pepohonan yang menyegarkan mata, serta pemandangan yang membuat setiap insan yang melihatnya tak henti-hentinya mengucap tasbih, seakan menyambut kedatangan mereka. Mereka berdua melintasi beberapa rumah warga desa yang reyot sembari melambaikan tangan sekaligus mengucapkan salam kepada para penduduk desa yang mereka kenal ketika bertemu.
            “Kak, coba lihat itu !”
            Tiba – tiba suara adiknya membuyarkan lamunannya. Tetapi akhirnya Doni pun menoleh juga sembari tersenyum.
            “Ada apa Dik ? Bagaimana menurutmu desa ini ?”
            “Syukurlah Kak, liburan ke desa ini memberiku sedikit pencerahan.”
            “Sungguh ? Coba ceritakan pada Kakak”
            “Aku semakin tau bahwa manusia bisa sangat miskin Kak”
            Doni pun tercegang mendengar apa yang diucapkan adiknya. Mengapa yang dirinya pikirkan bisa sama dengan adiknya. Ya, sedari tadi Doni memang berpikir bahwa dirinya dan keluarganya jauh lebih beruntung dibandingkan orang-orang di desa ini. Doni berpikir bahwa dirinya telah memiliki segala yang diinginkannya. Rumah mewah, perhiasan, uang, kendaraan mewah, telah ia miliki semuanya. Bahkan, dirinya sekarang tengah berkuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran kelas internasional !! Namun, Ia tetap ingin mendengar apa yang sedari tadi adiknya pikirkan.

            “Oh ya ? Coba ceritakan pada Kakak”
            “Banyak sekali yang orang desa ini punya Kak. Mereka memiliki sawah yang luas untuk memenuhi sendiri kebutuhan makan mereka sehari-hari, sedangkan kita tidak. Mereka memiliki lingkungan hidup yang teramat bersih dan segar untuk ditinggali, sedangkan kita tidak. Ketika kita sebagai orang kota berlomba – lomba untuk mengumpulkan kekayaan, mereka senantiasa bersyukur karena mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. Ketika kita sebagai orang kota membutuhkan satpam ataupun bodyguard untuk menjaga rumah kita, mereka merasa saling memiliki satu sama lain sehingga berupaya untuk saling menjaga dan melindungi. Ketika kita punya acara keluarga dan tidak ada yang mau membantu kesibukan kita, mereka semua memiliki tetangga – tetangga yang ramah dan mau membantu dengan ikhlas.”
            Mendengar penjelasan sang adik, hati Doni pun menjadi tersentuh. Betapa tidak ? Adiknya yang masih berusia 10 tahun sudah mampu berpikir hingga sejauh itu dibandingkan dirinya yang sudah berusia 17 tahun. Pemikirannya jauh lebih dewasa daripada dirinya. Perlahan Doni pun meneteskan air mata, menyesali kekhilafannya selama ini. Ya Rabb, masih maukah Engkau mengampuni hambamu yang seringkali tidak tahu bersyukur ini ? Selama ini, diriku hanya memperjuangkan kepentingan dunia hingga terkadang melupakanmu Ya Rabb. Betapa selama ini seringkali kusia – siakan nikmat yang telah Engkau berikan. Betapa selama ini hambamu ini sering menganggap remeh orang – orang di sekitar hamba. Maafkanlah diriku ini, Ya Rabb, tangis Doni dalam hati.

            “Kau benar Dik, Kakak pun menyadarinya. Kita memang teramat miskin dibandingkan dengan mereka para penduduk desa” ujar Doni sembari membelai kepala adiknya. Hari itu, Allah memberikan Doni sebuah pelajaran berharga melalui sang adik.

Saudaraku, mungkin betapa sering diri kita bersikap tinggi hati. Betapa sering diri kita menganggap bahwa diri kita jauh lebih baik daripada orang lain. Namun, bisa jadi sebetulnya justru diri kita yang tidak ada apa - apanya

Ciptakanlah Mimpimu !!



Zaman dahulu, seorang mahasiswa pernah bertanya kepada Albert Einstein tentang apa yang membuat dia bisa hebat dan terkenal. Lalu apa jawaban sang legenda ?? Beginilah jawabnya :

"Begini nak, manusia hidup di dunia ini laksana lebah yang hidup dalam sangkarnya. Dari sekian banyak lebah yang hidup itu, hanya beberapa ekor saja yang menyadari dirinya hidup dalam sangkar tersebut ! "

Jawaban sang legenda tersebut merupakan suatu perumpamaan yang sangat dalam dan luar biasa maknanya, sebab ungkapan tersebut menjelaskan pada kita bahwa tidak semua orang di dunia ini sadar bahwa kita sedang menjalani roda kehidupan di dunia ini. Mayoritas seringkali terlena dengan rutinitas, sehingga sampai melupakan makna hidup sesungguhnya. Untuk apa sebenarnya tujuan hidup yang begitu singkat ini ?? Semua peristiwa - peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan di depan matanya, berlalu begitu saja. Tidak pernah ada pelajaran yang diupayakan untuk diambilnya, bahkan untuk berfikir saja tidak. Seolah semuanya hanya sekadar kejadian yang biasa saja dan memang sudah seharusnya begitu, tanpa harus dipertanyakan begini begitu, bak air yang mengalir begitu saja. Semua datar tanpa makna ...

Saudaraku, tidak bisa kita pungkiri bahwa diri kita memang harus banyak berfikir. Berfikir terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Berfikir apa makna dibalik kehidupan yang kita jalani hingga detik ini. Serta yang tak kalah penting adalah berfikir tentang apa impian - impian kita dalam menjalani kehidupan kita yang singkat ini ? Kehidupan yang datar - datar saja justru akan memberikan dampak negatif kepada kita. Karena bukan tidak mungkin, lantaran kita bosan menjalani rutinitas sehari - hari kita tanpa tahu maknanya, kita malah justru melakukan hal - hal negatif yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Dengan kata lain, hidup kita TIDAK PRODUKTIF !!

Kira - kira apa makna hidup kita di dunia ini ? Pernahkan terbersit dalam fikiran kita, peran apa yang seharusnya kita jalankan sebagai seorang manusia yang berpijak di atas bumi ini ? Apakah pernah kita merasa bahwa kita mengemban tugas sebagai seorang manusia ? Atau justru kita tidak merasa ada apa - apa di muka bumi ini ? Sekadar menjalankan rutinitas dan tugas harian ? Jangan - jangan kita tidak sanggup untuk menjawabnya, atau bahkan boleh jadi hal tersebut tidak pernah terlintas sama sekali dalam fikiran kita....

Hmmm, memang seberapa urgent sih kita harus punya mimpi ? Kalau menurut saya pribadi, levelnya bukan "harus" lagi, tapi WAJIB. Tentu saja mimpi yang tidak hanya sekadar khayalan, namun mimpi yang menjadikan hidup kita terus bergairah untuk mencapainya. Bukankah Allah pernah berfirman dalam Al-Qur'an, "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu."  ( Q.S Al - Mukmin : 60 )

Saudaraku sekalian, ingatkah kita akan kejadian - kejadian ini :

Nabi NUH belum tahu banjir akan datang manakala ia membuat kapal besar dan ditertawai kaumnya...

Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba manakala ia akan menyembelih buah hatinya...

Nabi MUSA belum tahu bahwa laut akan terbelah manakala ia diperintahkan memukulkan tongkatnya ...

Nabi MUHAMMAD S.A.W pun belum tahu jika Madinah adalah kota tersebarnya ajaran yang dibawanya manakala beliau diperintahkan untuk hijrah...

Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh pada apa yang diperintahkan Allah SWT dan tanpa berhenti berharap yang terbaik. Ternyata dibalik ketidak tahuan kita, Allah telah menyiapkan surprise yang tidak kita duga - duga. Biasanya tangan - tangan Allah bekerja di detik - detik terakhir dalam usaha hambanya. So, NEVER GIVE UP AND MAKE BETTER FOR THE BEST !!!

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu yang buruk, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui " ( Q.S Al - Baqarah : 216 )

:)

~Catatan dan Pesan Blackberry Professor, dengan beberapa pengubahan~
#Semangat Menggapai Impian

Assalamu'alaikum SBMPTN ....

            

            
            Kriiiing… Kriiiing…
            Daaan, cepat bangun…
Raungan alarm jam bekerku, sekaligus teriakan ibu yang membangunkanku seakan terdengar seperti suara lembut seorang bidadari yang membangunkanku dari tidur panjang. Walau sebenarnya aku merasa tidurku semalam begitu singkat, bagaimanapun hari ini aku harus tampil lebih segar. Aku pun segera bangkit dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi. Namun entah kenapa, langkahku menuju kamar mandi ini tidak seperti biasanya. Seperti ada energi positif yang mengalir dalam setiap langkah kakiku ini, mengiringi perjuanganku hari ini.

Tidak sampai menunggu setengah jam, aku pun sudah berkemeja rapi. Kugendong tas hitam kesayanganku ke ruang tamu. Begitu hatiku bersorak ketika menengok apa yang ada di meja makan. Hari ini, ibuku tak kalah persiapan denganku. Beliau menyiapkan masakannya yang terbaik untuk mengiringi hari yang menurutku bersejarah ini. Sepiring nasi, ayam goreng, sosis, telur orak – arik, dan tak lupa segelas teh manis hangat, itulah menu sarapanku pagi ini. Mungkin orang bilang itu biasa saja, tapi bagiku ini luar biasa. Karena aku yakin, ibuku membuatnya dengan sepenuh hati dengan tak henti-hentinya mendoakanku. Tidak sampai 5 menit, aku telah menghabiskan makanan yang dibuat dengan sepenuh hati tersebut.

Sesaat kutatap langit yang menurunkan hujan pagi itu, langit yang berwarna kelabu pagi itu. Setelah kukenakan jas hujanku, aku mendekat pada ibuku, untuk memohon do’a restu beliau. Kucium tangannya dengan takzim, sembari mengucap “Ma, detik ini juga Anakmu akan benar-benar berjuang di sebuah pertempuran besar, pertempuran SBMPTN. Doakanlah anakmu ini agar bisa membahagiakanmu, dengan lolos di SBMPTN. Jikalau masih ada kekhilafan yang masih belum dimaafkan, tolong maafkanlah. Tanpa do’a dan restumu, Anakmu ini bukanlah apa – apa.”. Subhanallah, ibuku memang orang yang hebat, tak tertandingi hebatnya. Beliau pun menjawab “Mama sudah memaafkanmu. Tanpa kamu minta, mama pasti mendoakan. Setiap orang tua tidak akan tega melihat anaknya sengsara. Mama yakin selama ini usahamu sudah mencapai titik maksimal. Yang perlu kamu lakukan nanti hanya 3 nak. Teliti , Yakin, dan Tawakkal nak. Buanglah jauh – jauh kesombongan serta congkak yang ada dalam dirimu ketika kamu mengerjakan soal. Tanamkanlah keyakinan dalam benakmu, bahwa Allah tidak akan sekali – kali mendzalimi makhluknya. Allah pasti akan memberikanmu jalan kesuksesan, entah lewat jalur mana, dan itu pasti yang terbaik. Kemudian nak, setelah selesai mengerjakan, bertawakallah. Bertawakallah karena apapun keputusannya, itu diluar kendali kita nak. Ingat selalu kata – kata mama ini setiap detik kamu mengerjakan soal nanti nak.”. Sungguh kawan, aku terharu mendengar nasihat ibuku sebelum aku berangkat. Aku amat bersyukur mendapatkan suntikan motivasi pagi itu.

Assalamu’alaikum wahai SBMPTN, aku datang !, desisku dalam hati, sembari tancap gas meninggalkan rumahku tercinta. 


Surabaya, 17 Juni 2014

Sayonara ITB.....

            


            Assalamu’alaikum warahmatullah…
            Assalamu’alaikum warahmatullah…

            Segera kulipat sajadah merahku setelah kupanjatkan dzikirku dan do’aku kepada Sang Maha Pencipta. Jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00. Kupastikan kembali peralatan ujianku, dokumen pendaftaran, berkas – berkas identitas, dan tak lupa kartu peserta kuperiksa kembali di tas hitamku. Syukurlah semuanya tidak tertinggal, lengkap sudah di dalam tas. Selepas itu semua, kurebahkan badanku di kasur empukku, kasur yang kurang lebih selama 4 tahun sudah berdiam diri di dalam kamar ini. Kupandangi seisi kamar. Tiba-tiba handphone ku berdering. Spontan saja kunyalakan handphone ku, ternyata SMS dari operator. Seketika itu, aku tertuju pada sesuatu di handphone ku, sesuatu yang membuatku termenung sesaat. Sesuatu yang ketika kupandangi seakan berbicara padaku.

            Ingatkah saat saat ketika dirimu bersemangat mengerjakan ratusan soal try out SBMPTN sambil membayangkan diriku ? Ingatkah saat saat ketika energi positif mengalir dalam dirimu setiap kau mendengar namaku ? Ingatkah dirimu ketika tubuhmu bergetar, bibirmu yang tersenyum lebar, serta lisanmu yang terus mengucap “Bismillah Aku Bisa !” saat kau berfoto bersamaku ? Ingatkah ketika kau biasa memejamkan matamu sejenak sebelum berangkat ke sekolah tercinta, lalu kau membayangkan ,diriku akan berada dalam genggamanmu dan bakal menjadi identitasmu kelak ? Ya, aku mengingat semuanya, jawabku dalam hati. Foto – foto lama di handphone ku seakan berbicara padaku. Foto – fotoku saat di ITB, fotoku saat mengenakan jas almamater ITB, dan banyak lagi yang bernamakan ITB menumpuk dalam handphoneku.

            Jika dirimu bisa mendengar jawabku ini wahai kampus impianku, maafkan aku. Aku memang mencita – citakanmu. Namun, aku menyadari bahwa disinilah salah satu titik lemahku. Aku memang belum berani menjatuhkan dirimu sebagai pilihanku di SBMPTN ini, lantaran aku menyadari sesuatu. Aku menyadari seberapa jauh diriku mampu melangkah, seberapa kuat diriku menapaki lika liku kehidupan seorang pelajar, seberapa besar kapasitasku saat ini. Aku menyadari bahwa aku belum mampu memilihmu detik ini. Apapun yang akan kudapatkan nanti, pasti itu yang terbaik.

Sebersit salam perpisahan terucap dalam lubuk hatiku yang terdalam.
Sayonara ITB …..

:')

~ Ditulis dalam kesendirian saat malam menjelang pelaksanaan SBMPTN 2014 ~

Tidak Ada Jalan Untuk Pulang !


Setelah berjam – jam lamanya aku menghadap meja belajar, bukan sekadar menghadap, melainkan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari esok. Ada apa hari esok ? Benar kawan, besok adalah perang antar pelajar yang terbesar bagiku. Perang yang membuatku memeras otak habis – habisan demi mendapatkan sebuah status mahasiswa di Perguruan Tinggi impianku. Perang yang membuatku takut, takut akan “permintaan maaf” panitia ujian ketika diriku melihat hasil nanti. Perang yang telah membuat kami para pelajar berlomba – lomba untuk menjadi yang terbaik di hari pertempuran itu berlangsung. SBMPTN. Ya, SBMPTN itulah perang yang kumaksud.
            
            “ Syahdan, kamu ikut SIMAK UI, UM UGM, atau PENS nggak ? “
            “ Dan, kamu nggak siapin cadangan ta ? “
            “ Yalaah emane Dan. SIMAK sama UM UGM uda ditutup pendaftarane”

Tiba – tiba ingatanku membawaku kembali pada peristiwa siang tadi. Saat itu, aku akan melihat lokasi tes ku esok hari. Aku berangkat bersama kedua kawanku, Satya dan Anjar. Berulang kali Anjar dan Satya menanyaiku masalah cadangan jika tidak diterima SBMPTN. Namun, pertanyaan mereka seakan membuatku tercekat. Aku memang tidak menyiapkan apapun, belum mempersiapkan cadangan apapun. Ketika mereka memberitahuku bahwa SIMAK UI, UM UGM, dan seleksi PENS telah ditutup, aku sempat berfikir. Bagaimana jika SBMPTN tidak lolos ? Bagaimana jika aku kembali menerima ucapan “Maaf” dari panitia SBMPTN lantaran tidak diterima di SBMPTN ? Aku sungguh tidak tega melihat orang tuaku jika sampai aku tidak tembus di SBMPTN. Oh, masih banyak kecemasan – kecemasan yang seorang Syahdan ini bayangkan saat mendengar pertanyaan itu. Lidah ini terasa kelu, entah kujawab atau tidak pertanyaan kedua kawanku ini.


Yakin, yakin, dan yakin. Itulah bisikan – bisikan yang kudengar malam ini. Bisikan yang dapat memberikan energi positif kepada setiap insan yang mendengarnya. Bisikan akan sebuah kata-kata yang mutlak harus ditanamkan dalam hati seorang pejuang. Detik ini juga, kan kutinggalkan semua kenyamananku selama ini. Tak ada jalan untuk pulang, pulang untuk mengulang kenyamanan semasa SMA ini. :’)


~ Ditulis dalam sebuah perenungan detik - detik menjelang SBMPTN tahun 2014 ~

Kamis, 30 Juli 2015

"DROPPED - OUT" Fi Sabilillah atau "Cumlaude" Fi Sabilillah ???

WAJIB DIBACA UNTUK PARA AKTIVIS, KHUSUSNYA AKTIVIS DAKWAH



Untuk para mahasiswa, jangan sampai kesibukan kita berdakwah menjadi alasan buat menunda kelulusan kuliah. Akibat aktivitas dakwah yang terlalu padat bukan alasan untuk kita semua bermalas - malasan di kelas. Memang ini adalah resiko yang harus diambil oleh aktivis, dimana kita dituntut untuk jauh lebih memaksimalkan waktu belajar kita yang sedikit dibandingkan teman - teman kita yang bukan aktivis.

Mari kita ingat kembali, apa makna dari Fi Sabilillah ? Fi Sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah SWT. Orang yang berjuang tidak akan pernah luput dari yang namanya rintangan. Orang yang berjuang tidak akan pernah melewatkan yang namanya kesulitan. Orang yang berjuang akan selalu "bergandengan" dengan yang namanya resiko. Namun kawan, bukankah semua pekerjaan memiliki resiko ? Bukan hanya dalam berdakwah, manakala kita tidak melakukan apa - apa pun akan beresiko. Beresiko tidak bisa makan, beresiko tidak lulus kuliah lantaran malas belajar, beresiko tidak dapat pekerjaan, bahkan mungkin beresiko tidak dapat jodoh karena kita tidak mau berusaha untuk memantaskan diri dan meningkatkan kualitas akhlak. Hehehehe :D

Zaman dahulu, manakala rezim tidak mengizinkan panji - panji Islam berkibar dengan gagah, banyak pemuda muslim berjuang untuk menegakkan agama Allah. Berdakwah sembunyi - sembunyi, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika fase awal kenabian. Halaqah atau kajian - kajian dengan forum kecil diadakan bergiliran dirumah masing - masing anggota. Karena takut diketahui keberadaannya, maka seringkali mereka datang satu per satu. Alas kaki ( sandal / sepatu ) pun bahkan harus dibawa masuk agar tidak menimbulkan kecurigaan. Saat itu, mereka tidak menghiraukan berapa banyak harta yang dialokasikan untuk dakwah, bahkan kuliah - kuliah mereka yang terbengkalai. Banyak dari mereka yang baru lulus setelah 10 tahun, 15 tahun, bahkan tidak meneruskan kuliahnya dan memilih jalan dakwah sebagai pengabdian dalam kehidupannya.

Namun itu dulu ...

Sekarang sudah berbeda zaman, kawan. Aktivis dakwah adalah bintang penerang bagi lingkungan sekitarnya. Era reformasi dan segala "kekotoran" demokrasinya, secara tidak langsung memberikan jalan kepada kita untuk menancapkan panji - panji Islam sedalam mungkin di tanah air. Ngisi halaqah, menghadiri rapat - rapat rutin, sibuk ikutan aksi - aksi turun ke jalan, dan sebagainya bukan alasan dong untuk kita sering bolos kuliah ? Bukan alasan juga dong buat kita tidak berprestasi ? Bukan alasan kita juga dong buat nomer duain akademik ? Ato lebih parahnya niih, bukan alasan kita sampe di DROP OUT sama pihak kampus kan ???? Ckckckckck...

Inilah yang seringkali kita lupakan. Dalam kehidupan ini, tak bisa dipungkiri bahwa kita memiliki banyak sekali tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Dakwah merupakan tanggung jawab kita kepada Allah SWT, dimana kita berjuang untuk menegakkan panji - panji Islam di muka bumi ini dengan segenap potensi yang kita punya. Namun ingatlah, kita semua juga memiliki tanggung jawab kepada orang tua kita, yang telah membiayai kuliah kita. Tujuan orang tua kita menyekolahkan kita adalah agar kita belajar. Prestasi akademik kita inilah yang menjadi bentuk pertanggungjawaban kita kepada orang tua. Coba kita bayangkan, sudah berapa puluh juta biaya yang dikeluarkan oleh orang tua kita ? Berapa banyak cucuran keringat yang telah mereka teteskan hanya untuk membiayai kita semua kuliah ? Namun kita sia - siakan hanya dengan alasan aktif di kegiatan luar kampus.

Sebagai pengemban dakwah, wajib bagi kita untuk mengukir prestasi sebagai bukti bahwa orang yang memilih jalan dakwah adalah orang - orang yang intelek dan petarung sejati. Mereka berjuang pantang menyerah di tengah kerasnya dunia. Ketika realitas yang dihadapi di lingkungan masyarakat tidak sesuai dengan cita - cita, mereka tetap berkutat dalam memperjuangkan agama Allah.

Subhanallah. Dakwah memang melelahkan, apalagi ditambah kuliah. Penuh rintangan, penuh perjuangan, bahkan penuh air mata.  Namun dengan adanya semangat penuh gairah, berjuang di jalan Allah tak pernah salah dan tak akan pernah kalah. So, tetap semangat menggapai predikat "Cumlaude" Fi Sabilillah !!!!

"Kamu ( umat Islam ) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, ( karena kamu ) menyuruh ( berbuat ) yang Ma'ruf, dan mencegah dari yang Munkar, dan beriman kepada Allah..."   ( Q.S Ali 'Imraan : 110 )

Selamat beraktivitas kawan - kawanku, semoga bisa menjadi motivasi bagi kita semuanya.

:)


#JanganBerdakwah,NantiMasukSurga
Dengan sedikit pengubahan



Rabu, 29 Juli 2015

Your Life Starts Here !



Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman...
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang...
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan...
Berlelah - lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang...
Aku melihat air menjadi rusak karena diam dan tertahan...
Jika mengalir kan menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang...
Singa jika tak tinggalkan sarang maka tak akan dapatkan mangsa...
Anak panah jika tak tinggalkan busurnya maka tak akan kena sasaran...
Jika matahari di orbitnya diam dan tiada berputar...
Tentu manusia bosan padanya dan enggan tuk memandang...
Bijih emas bagaikan tanah biasa manakala tidak digali dari tambang...
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa di dalam hutan...
~ Imam Syafi'i ~

Sungguh penggalan syair yang sangat menarik untuk kita renungkan. Betapa ingin diri ini untuk merantau, mencari dunia baru untuk berkarya, mencari kawan - kawan baru untuk kuajak bersama - sama mengarungi dunia, serta mencari suasana baru untuk belajar banyak hal...

Orang bilang, perantauan itu KERAS...
Dimana kesulitan akan menimpa kita bertubi - tubi...
Orang bilang, perantauan itu KEBEBASAN...
Kebebasan untuk melakukan segala hal tanpa ada yang mengawasi...
Orang bilang, perantauan itu PELARIAN...
Pelarian dari segala aturan yang pernah mengikat kita...

Memang benar adanya, Namun....

Perantauan itu KERAS...
Keras manakala kita hanya berpangku tangan, namun menyenangkan bagi yang gigih berjuang...
Perantauan itu adalah KEBEBASAN...
Kebebasan kita semua untuk lebih banyak berkarya dan mencipta ruang produktif dalam kehidupan...
Perantauan itu adalah PELARIAN...
Pelarian untuk terus mencari suasana kehidupan yang lebih baik, sehingga membuat diri kita berkembang menjadi pribadi yang lebih baik...

Bersyukurlah bagi kalian semua yang memiliki kesempatan untuk merantau. Gunakanlah momen ini untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik. Gunakanlah momen ini untuk meningkatkan kualitas diri. Serta yang terpenting, seraplah ilmu sebanyak - banyaknya dalam perantauan ini. Karena betapa banyak kawan - kawan kita yang berada di perantauan, namun hanya sekian persen yang bisa tetap survive atau bertahan dalam perantauannya. Bahkan ada segelintir kawan kita yang kehidupannya justru memburuk karena perantauannya !!!

Subhanallah, segala kemungkinan itu memang tetap ada. Akankah memang kita benar - benar mendapatkan esensi dari perantauan itu sendiri sebagaimana perkataan Imam Syafi'i, atau justru sebaliknya kawan ? Itu semua tergantung dari diri kita sendiri. Mampukah kita menata niat kita ? Mampukah kita membentengi diri kita ? It depends on your self !!!!

So, tunggu apa lagi ? Your life starts here !
:D

#SemangatPerantauan
#Keras_Bebas_Berlarilah






- Terinspirasi ketika penulis bertemu dengan ribuan perantau dari seluruh Indonesia, di kampus biru -

Perfect .. Yakinkah ???

Beberapa hari ini diriku sudah mulai sibuk dengan beberapa aktifitas organisasi yang kuikuti, tentunya rapat koordinasi dan sebagainya. Setelah aku menjaga stand acara SALAM 2015 dan jualan minuman di Medical Center ITS, aku pun rapat bersama tim SC kaderisasi tahun ini. Banyak sekali yang kami bahas, terutama terkait pendampingan mahasiswa baru selama perkuliahan. Mungkin banyak teman - temanku yang mengeluh karena sebentar lagi sudah akan menjalani perkuliahan lagi, namun bagiku ini sangat menyenangkan. Entah kenapa aku ingin cepat masuk kuliah lagi dan menjalani kesibukan - kesibukan perkuliahan, hehehehe. Karena menurutku pribadi, semakin sibuk diri kita, maka kita akan semakin termotivasi untuk memanfaatkan waktu luang kita sekecil apapun, sehingga hari - hari kita akan lebih produktif. Dengan kata lain, aku menikmati hari - hari yang penuh kesibukan :D

Diskusi kami para SC pun berlangsung sangat seru. Pemikiran dan ide - ide baru dari kami semua pun bermunculan hingga akhirnya kami pun kelelahan berdiskusi. Saat kami akan mengakhiri rapat, tiba - tiba ada seorang kakak tingkatku yang angkat tangan, Mas Naufal.

"Rek, sebelum rapat ini ditutup, ada yang mau kuomongin. Boleh nggak ?" tanya Mas Naufal kepada kami semua.
"Monggo paal, kayake seru nih. Hahahaha" canda Mas Irsan selaku koordinator kami dengan gaya khas nya.

"Begini teman - teman. Sejak kemarin kita semua sudah bahas ini semua secara rinci. Memang bagus, karena ada Improvement dibandingkan tahun - tahun sebelumnya, dan saya mengamati gagasan - gagasan kalian semua luar biasa dan terkesan perfeksionis. Mari kita renungkan teman - teman. Kita akan mengajarkan adik - adik kita agar mereka menjadi mahasiswa yang berkualitas. Kita yang akan mendampingi mereka dan akan menjadi tempat mereka untuk banyak bertanya. Namun sudahkah kita berkompeten ? Sudahkah kita siap menjadi tempat mereka bertanya, sedangkan diri kita sendiri masih belum banyak tau apa - apa ? Pantaskah kita mengajari orang, namun ilmu kita sendiri masih kurang ? Pantaskah manakala kita menuntut orang untuk berkualitas, sedang diri kita belum berkualitas ? Kita semua pasti ingat saat kita menjadi mahasiswa baru, dimana kita dididik untuk menjadi mahasiswa berkualitas. Namun detik ini, sudahkah kita berkualitas ? Sudah PERFECT kah diri kita ???"

Kami semua pun terdiam mendengar perkataan kakak tingkatku ini, tak terkecuali pun diriku. Ya benar, memang kami semua punya mimpi. Sebagai kakak pendamping nanti, Kami ingin mendidik adik - adik tingkat kami agar bisa menjadi generasi yang lebih baik dari kami. Kami ingin menciptakan suasana yang ideal, yang membuat adik - adik nyaman dalam perkuliahan. Kami ingin menciptakan persaudaraan yang erat dengan adik - adik tingkat nanti sebagai kakak. Tetapi, sudah bisa ngapain aja kami saat ini ???? Masih banyak yang belum bisa kami lakukan hingga detik ini. Masih banyak ilmu yang harus kami pelajari. Intinya, istilah PERFECT masih sangat jauh dari diri kami semua.

Memang benar adanya, "Tak ada gading yang tak retak". Kita semua tidak ada yang sempurna. Namun itu semua bukan alasan bagi kita untuk berhenti belajar. Istilah "PERFEKSIONIS" memang tidak akan pernah dimiliki oleh suatu apapun, kecuali oleh Yang Maha Sempurna, Allah SWT, tetapi istilah "PERFEKSIONIS" dapat memotivasi kita untuk terus belajar sepanjang hidup kita. Bahkan di Al-Qur'an pun sudah dijelaskan bahwa derajat orang berilmu sangat tinggi.


يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat " ( Q.S Al - Mujadalah 11 )

Thanks for reading, semoga bisa menjadi pembelajaran sekaligus inspirasi bagi kita semua

:))






Selasa, 28 Juli 2015

KEMISKINAN atau KECUKUPAN ??

Mari kita isi titik - titik pada pertanyaan dibawah ini. Jawabannya cukup disimpan dalam hati, berikut ini adalah pertanyaan - pertanyaannya :
a. Allah menciptakan orang tertawa dan ....
b. Allah yang mematikan dan ....
c. Allah yang menciptakan laki - laki dan ....
d. Allah yang memberikan kekayaan dan ....

Mungkin jawaban - jawaban kita adalah sebagai berikut :
a. Menangis
b. Menghidupkan
c. Perempuan
d. Kemiskinan

Mari coba kita cocokkan jawaban kita dengan Q.S An Najm [53] ayat 43-48, yaitu :
- Ayat 43 : "... Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis "
- Ayat 44 : "... Dialah yang mematikan dan menghidupkan"
- Ayat 45 : "... Dialah yang menciptakan pasangan laki - laki dan perempuan "
- Ayat 48 : "... Dialah yang memberikan kekayaan dan KECUKUPAN "

Saudaraku, dari sini kita dapat simpulkan bahwa Allah tidak membuat suatu KEMISKINAN untuk kita semua, melainkan KECUKUPAN, walaupun memang kita tidak kaya ! Kemiskinan adalah SUATU PILIHAN. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bill Gates : " Jika anda terlahir dalam kemiskinan, itu bukan salah anda. Namun manakala anda mati dalam kemiskinan, itu adalah kesalahan anda "

Ingat, kemiskinan adalah pilihan.

Selamat beraktifitas, semoga bisa memberikan secangkir semangat bagi anda yang membacanya.
:)

- CPBP -

Ada yang Bilang ....

Ada yang bilang bahwa..
Hidup itu berawal dari B dan berakhir di D
B = Birth
dan
D = Death

Namun ingatlah, bahwa diantara huruf B dan D ada huruf C
C = Choice

Life is a choice...

Tersenyum atau marah...
Memaafkan atau membalas...
Mencintai atau membenci...
Bersyukur atau mengeluh...
Berharap atau putus asa...

Konsekuensi akan selalu ada dalam setiap langkah dan pilihan kita...
Namun Allah selalu memberikan yang terbaik...

RENCANA kita boleh INDAH, tapi rencana Allah - lah yang TERINDAH...

HIDUP kita mungkin baik - baik saja, tapi hidup BERSAMA-NYA lebih SEMPURNA...

PEKERJAAN kita mungkin MENJANJIKAN, tapi BERKATNYA-lah yang menjadikan KAYA...

KEKUATAN tangan kita mungkin sanggup membawa kita menjadi orang HEBAT, namun hanya BERSAMA ALLAH kita menjadi LUAR BIASA...

Sebab ALLAH bukan hanya MENCUKUPI apa yang kita perlukan, tapi DIA memberi dengan BERKELIMPAHAN...

Semoga pilihan kita benar dalam mengarungi hidup ini...
Tetap semangat, tetap bersabar, tetap berjuang, bersama ALLAH insyaallah segalanya akan dimudahkan...


:)

- CPBP -

It's Time To Change !!

Tak terasa kini diriku sudah menjadi seorang mahasiswa. Inilah waktuku. Waktuku untuk berkarya, waktuku untuk mencurahkan segala pemikiran - pemikiran baruku, waktuku untuk berinovasi, serta yang terpenting adalah waktu untuk berubah. Ada sebuah kutipan motivasi menarik dari pahlawan kita yaitu Bung Karno : " Berikanlah aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Namun berilah aku segelintir pemuda, niscaya akan KUGUNCANGKAN DUNIA ". Dari sini sudah sangat jelas bahwa kaum muda adalah agen pembawa perubahan besar. Bahkan kita sebagai mahasiswa tidaklah cukup hanya berperan sebagai "Agen Perubahan" namun harus berperan sebagai "Pemimpin Perubahan", sehingga sangat jelas bahwa kita sebagai kaum muda juga harus bisa terus memperbaiki serta membuat perubahan - perubahan dalam diri kita sendiri terlebih dahulu ke arah yang lebih baik sebelum mengubah orang lain. Aku pun terus merenungi pepatah dari Bung Karno pada hari itu, hingga tak terasa fikiranku melayang jauh membawaku pada kenangan - kenangan penuh perjuangan saat SMA kelas XI dahulu.

"Dan, hilangin sifat berlebihanmu ! Itulah yang membuatmu kurang disukai"
"Kalau kamu kelas XI terus - terusan seperti ini, gak akan ada yang mau jadi temanmu"
"Kamu mau kayak gini terus ? Gak capek kamu terus - terusan gini ?"
Perkataan - perkataan dari sahabatku inilah yang memotivasiku untuk berubah saat kelas XI nanti. Saat kelas X, aku hampir tidak memiliki teman. Kalaupun punya, mungkin hanya 2 orang yang benar - benar menjadi teman, tak lain adalah Ilham dan Hafiz. Nampaknya kawanku Ilham sudah kelelahan untuk mengingatkanku manakala aku selalu bersikap berlebihan di kelas. Awalnya aku tidak menghiraukannya, namun lama - lama kurasakan sendiri apa yang dikatakan oleh sahabatku Ilham tersebut. Aku pun bertekad untuk memperbaiki nama baikku ketika kelas XI. Saat aku naik ke kelas XI, aku pun mulai membaca - baca buku motivasi, kepemimpinan, serta buku - buku yang mengajarkan bagaimana cara berhubungan sosial dengan baik. Aku pun mulai menyibukkan diriku di organisasi, yaitu di SKI '2 ( Sie Kerohanian Islam ) dan OSIS. Di SKI ini, aku belajar banyak hal. Mulai dari bagaimana berbicara yang baik, bagaimana cara berteman yang baik, serta bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Tidak hanya itu, bahkan di SKI ini aku banyak belajar pula ilmu agama yang sebelumnya belum pernah kudapatkan. Ditambah kegiatan - kegiatan di OSIS yang benar - benar melatihku untuk bisa bekerja sama dengan orang, melatihku bagaimana mengatur dan memimpin orang, serta melatihku untuk berfikir analitis dan logis. Saat itu, aku pun mulai membuat targetan - targetan kecil dari keseharianku yang jika aku ingat - ingat saat ini hal tersebut terkesan kurang penting, namun itu semua membuatku berubah menjadi lebih baik. Pertama - tama saat itu aku mentarget bisa bersahabat minimal dengan 10 orang teman sekelasku ( kurang penting kan target kayak ginian, hehehehe :p ) dan alhamdulillah tercapai lebih dari itu. Kemudian berlanjut aku mentarget diriku bisa presentasi dan berbicara di depan umum secara menarik. Target ini pun tercapai, karena sewaktu itu aku berhasil menjadi PJ ( Penanggung Jawab ) kelas untuk menampilkan drama 10 November di sekolah serta bisa menjadi ketua panitia liburan kelas. Dari situlah aku juga belajar untuk memimpin rapat, public speaking, serta membuat perencanaan. Lalu pencapaian terbesarku adalah saat aku ditunjuk menjadi ketua panitia event terbesarnya SKI'2 yang tak lain adalah SMC ( SMADA MUSLIM COMPETITION ) 2013 yang lingkupnya adalah Jawa Timur. Itulah saat - saat dimana aku banyak menemukan permasalahan baru, namun itu menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagiku. Diriku yang dahulunya hanya dipandang sebelah mata , kini bisa menjadi ketua panitia, fikirku pada saat itu. Bukan bermaksud untuk sombong, namun saat itu aku merasa itulah tantangan terbesar dan terbaru dalam hidupku. Perjalanan hidup ini tidak hanya memberiku wawasan tentang bagaimana aku bisa berteman baik dengan teman - temanku, namun perjalanan hidup ini juga telah mengubah diriku yang semula "Study Oriented" menjadi seorang "Organisatoris", yang semula tidak punya teman menjadi punya teman, yang semula diremehkan menjadi lebih dihargai.

Masih banyak memori - memoriku dahulu yang tak bisa kuceritakan satu persatu disini, dan aku sadar saat itu bahwa lamunanku terlalu jauh. Sulit memang membuat suatu perubahan, namun akan timbul suatu kebanggaan manakala kita berhasil mewujudkan perubahan tersebut dengan keringat kita sendiri. Aku dapat merasakan gairah semangat itu kembali sesaat setelah aku mengingat masa laluku. Kemudian, aku pun kembali berfikir tentang keadaan diriku saat ini ketika sudah jadi mahasiswa. Saat ini aku merasa tidak punya lagi semangat untuk berbenah diri, apalagi semangat untuk memulai perubahan besar. Aku merasa bahwa diriku sudah menguasai berbagai macam ilmu, hingga membuatku malas untuk menjalani kehidupan sehari - hariku dalam perkuliahan.

Aah, apa yang kufikirkan ? Sebodoh itukah pemikiranku ? Sesombong itukah diriku ? Tiba - tiba saja aku mendengar seperti ada yang membisikkan demikian. Ya, aku sudah kelewat sombong. Aku sudah kelewatan sampai - sampai berfikir bahwa diriku ini sudah menjadi pribadi yang baik yang tidak perlu berbenah diri. Dulu saja bisa membuat perubahan besar dalam diri, kenapa sekarang tidak ??????????????

Hari ini juga kugoreskan dengan penaku, dan kubisikkan sebuah kalimat kedalam diriku..
IT'S TIME TO CHANGE !!!


- Ditulis dalam sebuah perenungan -

The Power of Giving

Pada suatu hari, ada seorang mahasiswa yang akan berangkat kuliah. Namun manakala ia mengeluarkan sepeda motornya dari rumah, ia melihat ban depannya gembos. Sesegera mungkin ia pun mencari tukang tambal ban pagi itu, dan untungnya ada yang sudah buka. Lantas mahasiswa tersebut menambalkan ban sepeda motornya tersebut disana. "Berapa harganya pak ?" tanya mahasiswa tersebut setelah ban sepeda motornya ditambal. "5000 aja nak" kata tukang tambal ban tersebut. "Ini pak, kembaliannya untuk bapak saja. Semoga hari ini bisa menjadi hari terbaik bapak" ujar mahasiswa tersebut sembari tersenyum dan menyerahkan uang 50.000 rupiah. Bapak tukang tambal ban tersebut pun sangat senang, karena biasanya ia baru bisa sarapan manakala sudah 3 kali menambal ban, namun kali ini ia dapat sarapan lebih pagi. Lalu kemudian bapak tukang tambal ban tersebut pergi ke warung sebelah. "Mau pesan apa pak ?" tanya ibu pemilik warung. "Seperti biasa saja bu, Nasi dan sayur. Tapi kali ini tambahkan sepotong daging ya bu." jawab bapak tukang tambal ban tersebut sembari tersenyum. Ketika akan membayar, bapak tukang tambal ban ini menyerahkan uang 10.000 rupiah kepada ibu pemilik warung. "Kembalinya untuk uang jajan anaknya ibu saja" tolak bapak tukang tambal ban saat ibu pemilik warung akan menyerahkan kembalian. Pagi itu, anak ibu pemilik warung ini berangkat sekolah dengan lebih ceria, karena biasanya uang jajannya hanya cukup untuk membeli 1 potong roti. Namun kali ini ia bisa membeli 3 potong roti. Di sekolah, 2 potong rotinya diberikan kepada temannya yang tidak membawa bekal.

Subhanallah, inilah perjalanan sebuah kebaikan. Sekecil apapun sebuah amal kebaikan dilakukan, maka akan timbul kebaikan kebaikan selanjutnya bagaikan bola salju yang menggelinding. Mungkin apa yang kita lakukan menurut kita tidak seberapa berarti, namun bagi orang lain itu semua bisa jadi sangat berarti dan menimbulkan perasaan senang dalam diri mereka.

:)