Minggu, 29 Mei 2016

Segitiga Planar Kehidupan ; Habblumminallah Wa Habblumminannaas


"Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. "
( H.R At - Tirmidzi )

Sebuah pertanyaan yang umum lagi klasik, yang tidak asing di dalam telinga kita, terutama para aktivis dakwah. Apa tujuan kita hidup di dunia ini ? Saya yakin teman - teman pun sudah diajarkan sejak kecil, entah di TPA ataupun oleh guru agama di sekolah teman - teman, bahwa tujuan utama manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Bahkan, Allah sudah menjelaskannya di dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56 :

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku"
( Q.S Adz-Dzariyat : 56 )

Lalu yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah hanya itu tujuan kita ? Dengan kata lain, kita di dunia ini hanya diperintahkan untuk shalat, puasa, dan mengaji saja , tidak lebih dari itu ? Tentu saja tidak. Kita pun tidak dianjurkan untuk beribadah terus menerus sedangkan kehidupan kita terbengkalai. Bahkan Rasulullah pun mewanti - wanti bahwa Allah sangat tidak suka pada sesuatu yang dilakukan secara berlebihan, sekalipun itu dalam beribadah.

Allah memerintahkan makhluknya untuk memakmurkan Bumi Allah, dengan bekerja keras, serta mencari rezeki yang halal. Memang benar hakikatnya, bahwa Allah memang maha pengasih lagi maha penyayang. Namun bukan berarti rezeki Allah langsung jatuh dari langit begitu saja.

"Dia (Allah) Yg menjadikan bumi itu mudah buat kalian, maka berjalanlah diseluruh penjurunya,dan makanlah sebagian dari rizkinya, Dan kepadaNya lah tempat kembali"
( Q.S Al - Mulk : 15 )

Ironisnya, terkadang terlalu asyik mencari rezeki di dunia dapat membuat kita lupa bahkan semakin jauh dari Allah. Akibatnya hal - hal yang kita dapatkan menjadi kurang barokah. Lupa shalat shubuh karena keasyikan belajar sampai larut malam, lupa bersedekah dan membayar zakat, dan masih banyak lagi lupa - lupa yang lain. Mengapa ini bisa terjadi ? Jawabannya terletak pada Habblumminallah.

Habblumminallah, artinya adalah "Hubungan Antara Manusia dengan Allah". Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal - balik, yaitu manusia melakukan hubungan dengan Tuhan, dan Tuhan pun melakukan hubungan dengan manusia. Bagaimana bentuk hubungan atau interaksi tersebut ? Tentu saja bentuk interaksi tersebut tidak lain adalah serangkaian ibadah yang kita lakukan setiap harinya. Ibadah kepada Allah ada 2 jenis, yaitu Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghairu Mahdhoh. Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji: cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT. Sedangkan ibadah jenis kedua yaitu Ibadah Ghairu Mahdhoh, yaitu ibadah dalam pengetahuan umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan, kesuksesan, keuntungan, serta diniatkan lillahi ta'ala

Disamping Habblumminallah, masih ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya. Saya jadi teringat perkataan orang tua saya tentang masa kecil beliau. Menurut perkataan beliau, zaman dulu nggak ada yang namanya telepon seluler, social media, bahkan internet sangat terbatas. Sehingga nuansa kehidupan sosial pada masa itu sangat kental. Orang - orang zaman dulu lebih banyak menggunakan waktu luangnya untuk bersosialisasi. Bahkan, zaman dulu kalau sudah buat janji dengan orang lain dan terpaksan membatalkan janji, mereka ( si pembuat janji ) bela - belain datang ke rumah orang yang diberi janji tersebut untuk membatalkan janjinya, sekalipun rumahnya jauh. Kemudian pada saat menunggu jemputan atau angkutan umum di halte, tidak jarang mereka mengajak ngobrol orang disebelahnya, sekalipun mereka tidak kenal. Mari kita bayangkan seberapa jauh perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa kini. Pada masa kini, jiwa "Selfish" dari orang - orang di sekitar kita, dan bahkan mungkin termasuk kita sendiri salah satunya, seakan merajalela. Jika kita lihat orang - orang di dalam bis, kendaraan umum, atau menunggu jemputannya, apa yang mereka lakukan ? Mayoritas pasti nggak lepas dari yang namanya "handphone", serta sangat jarang yang memanfaatkan waktunya untuk sekadar berkenalan atau ngobrol dengan orang - orang didekatnya. Kita semua pun terkadang lupa bagaimana caranya bersopan santun, bagaimana adab berbicara kepada orang yang lebih tua, dan bagaimana adab berbicara kepada orang yang lebih muda. Bahkan fenomena yang mungkin bisa dibilang miris, kita semua memiliki kepekaan sosial yang rendah. Tidak jarang kita mendapati seorang pengemis tua yang meminta sebagian saja rezeki dari kita, tapi bukannya diberi malah dimaki - maki. Diajak sedekah ataupun menyumbangkan bantuan untuk korban bencana, eh alasannya segudang ; banyak kebutuhan ini lah, itu lah, padahal rumahnya tingkat dua, mobilnya tiga. Hal - hal seperti inilah yang dinamakan dengan Habblumminannaas.

Habblumminannaas, artinya adalah hubungan antar manusia. Hubungan dengan manusia sangat ditekankan oleh dalam Agama apabila kita faham, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial, saling membutuhkan, saling menopang satu sama lain, dan tentunya tidak akan bisa hidup normal tanpa bergaul dengan sesama manusia. Urgensi Habblumminannaas ini telah Allah jelaskan dalam firmannya dalam Q.S Ali - Imran ayat 112 :

" Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali mereka berpegang kepada tali ( Agama ) Allah dan tali ( Perjanjian ) dengan Manusia ... "
( Q.S Ali - Imran : 112 )

Selain itu, makna "tali perjanjian dengan manusia" pun dipertegas lagi oleh Allah dalam firmannya yang lain, yakni di Q.S An - Nisa ayat 36 :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri... "
( Q.S An - Nisa : 36 )

Allah menutup ayat diatas dengan kalimat "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang - orang yang sombong dan membangga-banggakan diri", dengan maksud agar kita tidak bersikap sombong kepada orang tua kita, karena ada saat dimana kita akan menjadi tua seperti mereka. Janganlah kita bersikap sombong kepada orang - orang miskin, karena mungkin saja di waktu mendatang merekalah yang akan lebih beruntung daripada kita. Jangan pernah kita bersikap sombong kepada pembantu rumah tangga kita, karena tanpa mereka mungkin pekerjaan rumah kita akan sangat berantakan, walau upah mereka terbilang sedikit.

Saya pun jadi teringat perkataan Ustadz Soehardjoepri saat mengisi kajian, bahwa menjalin hubungan baik atau silaturrahmi dengan orang lain dapat memperpanjang usia. Ada kisah di zaman Rasulullah, bahwa ada seorang sahabat yang tidak jadi dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail lantaran satu hal sederhana, karena Ia sangat mengutamakan yang namanya silaturahmi.

Konsep keseimbangan Habblumminallah Wa Habblumminannaas ini dapat pula dijelaskan dari sudut pandang psikologi modern, yakni sebagai berikut :

Lalu bagaimana cara menyeimbangkan kedua hal ini ; Habblumminallah Wa Habblumminannaas ? Beberapa hal sederhana ini mungkin bisa kita coba bersama, 

  * Habblumminallah
     - Luruskan niat setiap hendak melakukan sesuatu. Niatkan segalanya karena Allah, maka Inshaallah akan membuahkan hasil yang terbaik
     - Menjaga keistiqomahan dalam melakukan salah satu amal yaumi, terutama amalan sunnah. Tidak perlu banyak - banyak dulu. Satu saja cukup, asal kontinyu
     - Membiasakan untuk bermuhasabah diri sesering mungkin

   * Habblumminannaas
     - Menerapkan 3S ( Senyum, Salam, Sapa ) ketika bertemu dengan siapapun. Kalau perlu, jabat erat tangannya ( remember : untuk jabat tangan, tidak berlaku untuk lawan jenis )
     - Selalu berusaha menyenangkan hati orang lain
     - Berbicara hal - hal yang bermanfaat, senantiasa mengajak pada kebaikan
     - Mengedepankan sikap toleransi dan saling menghargai

***

Selamat beraktifitas kawan - kawanku sekalian, semoga hari ini menjadi hari terbaik dalam hidupmu. Tetaplah jaga agar langkahmu senantiasa berada di jalan-Nya, dan berdoalah agar dibimbing oleh Nya menuju kehidupan yang lebih baik kedepannya. Jalani harimu dengan Senyum, Semangat, dan Cinta 

:)

3738 In Our Hands ... ( Trilogy of "Challenge" part 3 )


" Sesungguhnya Allah mencintai orang - orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan - akan seperti bangunan yang tersusun kokoh. "
( Q.S Ash - Shaff : 4 )

Pagi itu, kulirik sejenak arlojiku sembari memarkirkan sepeda motorku di parkiran sebuah tempat terindah yang membuat siapapun tentram manakala berada di dalamnya, Masjid Manarul Ilmi ( MMI ). Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30. Aku telah tiba lebih awal di MMI, namun tidak dengan kawan - kawanku. Kami janjian untuk mengadakan syuro' rapat koordinasi pagi itu pukul 10.00. Terlalu rajin nampaknya aku ini, fikirku pada saat itu :)

Kumulai mulai syuro' pada pagi hari itu dengan ucapan basmalah, tentunya dengan mukadimah pula. Sungguh, aku sedikit menemukan hal yang berbeda di pagi hari ini. Kawan - kawanku yang biasanya enggan berpendapat, hari ini mereka semua menyampaikan pemikiran - pemikiran kritisnya, jauh dari perkiraanku sebelumnya. Memang benar adanya ; air beriak tanda tak dalam, air tenang menghanyutkan. Disinilah nampaknya aku harus bersikap lebih bijak lagi untuk memaksimalkan potensi kawan - kawanku, untuk bersama - sama menyukseskan dakwah...

***

"Akh, aku ingin meminta pendapatmu. Sebetulnya apa salahku sekarang ini ? Aku sudah berusaha maksimal. Tapi kenapa malah terjadi salah faham begini ? "
" Sebetulnya Syahdan nggak salah. Ana faham, Syahdan sudah melakukan apa yang seharusnya Syahdan lakukan. Hanya saja, ada beberapa hal di dalam diri Syahdan yang harus diperbaiki. Mungkin ketika menghubungi teman - teman kemarin, ketika ngajak kumpul, ketika syuro' di social media, Syahdan kurang bisa santai sedikit. "
" Kalau hanya masalah itu, ana yakin masalahnya tidak sampai berat seperti ini Akhi. Namun nyatanya ? Besok sudah hari terakhir, dan kenapa permasalahan justru semakin rumit ? "

Aku yang semenjak tadi siang berusaha untuk tersenyum, menyembunyikan segala beban yang ada di dalam fikiranku ini, detik ini aku sudah tak mampu. Di hadapan kedua sahabatku, Habib dan Rama, aku tumpahkan semua beban fikiranku. Hal yang membuat hatiku menangis semenjak berhari - hari yang lalu tidak sanggup lagi kusembunyikan. Sungguh, berkeluh kesah dan mengeluh dihadapan orang yang dipimpin merupakan hal yang tidak sepatutnya kulakukan. Aku pun sudah berusaha hanya mengadukan permasalahan ini kepada Allah. Namun nampaknya Allah mengutus kedua sahabatku, Habib dan Rama untuk mendengarkan keluh kesahku...

" Ingat Akh. Allah menurunkan cobaan itu pasti sesuai kapasitas hambanya. Kamu coba bayangkan, belum tentu teman - teman yang lain kuat manakala diberikan cobaan sepertimu ini. Ini adalah momen dimana Allah meningkatkan derajatmu. Tinggal bagaimana kamu sikapi, terus maju kedepan atau mengeluh dan menangis tanpa berbuat apa - apa ! "
" Iya dan, bener yang dibilang Habib. Sejak kemarin, aku sudah melihat usahamu. Ya mungkin ini salah satu pertimbanganku kenapa ketika musyawarah penentuan koordinator tim, aku mengusulkanmu. Karena apa ? Karena mentalmu yang paling kuat diantara kita semua, dan karena usahamu paling kenceng kalo dilihat dari proker - proker sebelumnya. Walau memang benar, kamu belum bisa merangkul teman - teman semuanya. "

Pemaparan Rama dan Habib sedikit membuatku tenang, namun belum kutemukan apapun, apa yang harus kulakukan keesokan harinya,

" Lalu apa yang harus kulakukan besok, Akhi ? "

Habib menepuk pundakku lalu menjawab singkat,

" Just do it, dan hadapi dengan tegar ! Jangan jadi pengecut. "

***

Angin segar yang berhembus pagi ini, seakan membawa kesejukan tersendiri bagiku. Bukan karena hari ini aku akan mendapatkan penghargaan, bukan pula karena aku ingin bertemu dengan orang yang "spesial". Namun karena sebentar lagi, bebanku akan segera terlepas. Namun tidak dengan tanggung jawab untuk 1 tahun mendatang. Tepat seminggu yang lalu, konflik internal telah terselesaikan. Aku telah mengambil sebuah keputusan yang bulat, setelah melakukan Istikharah pada dini hari. Memang pada buku - buku kepemimpinan dan motivasi yang sering kubaca, keputusan yang terbaik adalah keputusan yang benar - benar menguntungkan kedua belah pihak, dan tiada berat sebelah sedikitpun. Namun aku sadar, bahwa menerapkan tidak semudah menuliskan itu semua dalam kata - kata. Selalu ada yang dikorbankan, dan selalu ada yang harus mau berkorban...

Kupijaki tangga satu per satu sembari mengucapkan basmalah dan untaian tasbih. Apapun yang terjadi pada hari ini, pasti inilah jawaban dari lika - liku perjalanan yang telah aku dan teman - teman lewati sejak kemarin, fikirku pada saat itu. Teringat kembali ucapan "pendahulu - pendahulu" ku, bahwa memang belum pernah ada permasalahan seperti ini di organisasiku saat ini, dan inilah yang pertama kalinya. Sekilas aku membayangkan, betapa senangnya apabila aku menjadi bagian dari mereka yang tahun lalu berjuang, alangkah senangnya apabila aku tidak mengalami ini semua. Namun, kutepis fikiran itu dengan segera, karena hanya Allah lah yang berhak mengatur skenario kehidupan atas hamba yang diciptakannya sendiri. Allah lah yang memiliki kuasa atas segalanya, dan kita tidak punya hak untuk memaksakan kehendak kepada-Nya. Apa yang kualami saat ini tidak seharusnya kujadikan alasan untuk manja, mengeluh..

" Innalillahi wa Innailaihi Rajjiun, telah terpilih saudara Rama sebagai ketua umum pada periode kepengurusan 1437 - 1438 H. Semoga bisa menjalankan amanahnya dengan baik. "

***

Terimakasih banyak kepada teman - teman BPFA, yang telah berkontribusi, yang telah bersusah payah mempersiapkan kepengurusan setahun mendatang. Terimakasih kepada teman - teman DPH dan DPP KINI 3637 H yang telah banyak memberikan ilmu dan segudang pengalaman baru kepada kami semuanya.

:'))

Dimanapun kita berada nanti, apakah nanti kita masih berada di bingkai yang sama maupun tidak, ingatlah selalu bahwa kita semua pernah dibersamakan disini, di dalam bingkai yang sama..."
( Noer M Syahrizal )

#From 3637 to 3738


Surabaya, 29 Mei 2016

Based On True Story, dengan pengubahan

Jumat, 13 Mei 2016

Disinilah Ladangnya...

A’uudzubillahiminassyaithaanirrajim…
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin…
…..

Hayoo, siapa sahabat Rasulullah SAW yang kaya raya, yang selalu menafkahkan hartanya untuk keperluan perang Rasulullah ? Ada yang bisa jawab ?
Saya buu…
Nggakmauu, aku dulu yang jawab … aku tau jawabannyaa !!
Nggak, pokoknya aku..
Sudah – sudah , nggak boleh rebutan yaaa. Nanti masing – masing boleh jawab..

Siapa Nabi yang tidak punya Ayah ??
Saya mau jawab Bu. Nabi Adam dan Nabi Isa
Yaa, pinterrr…

Suasana pagi yang mendung, yang umumnya menggodaku untuk melanjutkan tidurku ba’da shalat shubuh, namun tidak demikian dengan pagi ini. Udara pagi yang dingin, serta hujan yang mulai turun rintik – rintik, tidak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke kampus hari ini. Bukan untuk kuliah, namun untuk menghadiri mentoring bersama kedua orang sahabatku ; Maulana dan Wawan.

Seperti biasa, suasana Masjid Manarul Ilmi ITS atau yang biasa disebut MMI tidak pernah sepi pada hari Sabtu maupun Minggu. Selalu dipenuhi oleh anak – anak kecil yang belajar mengaji, mengikuti liqo’ ( pengajian kelompok / mentoring ), ataupun hanya sekadar bermain – main di dalam Masjid. Keceriaan anak – anak kecil tersebut semakin memperindah suasana pagi ini. Tidak hanya anak – anak kecil saja, namun MMI dipenuhi pula oleh Bapak – bapak dan Ibu – ibu. Terlihat pula beberapa anak kecil sedang muraja’ah atau menghafal Al – Qur’an bersama dengan Ayah mereka.

***

Ul, entah mengapa setiap aku ke manarul hari Sabtu ato minggu, kok semacam dapet inspirasi gini ya
Kenopo Akh ? Ya itulah Masjid. Senantiasa memberikan kesejukan setiap kali kau memandangnya. Apalagi jika engkau berdiam di dalamnya.
Bukan itu Akh. Aku sering ngebayangin. Seneng ya punya keluarga kayak mereka – mereka yang setiap sabtu minggu sering ke manarul sekeluarga. Bahkan aku liat ayah sama anaknya hafalan bareng. Ato ke masjid bareng istrinya. Kok rasanya ini so sweet banget ya kalo menurutku.
Uwes Akh. NDANG BUDAL !!!
Opo se hahahaha

Kami berdua pun tertawa lepas sembari berjalan meninggalkan masjid ba’da dhuhur. Ya, topik pembicaraan tentang “nikah”, “istri”, “anak”, “keluarga” seakan menjadi topik yang tiada habisnya untuk dibahas. Selalu ada yang menarik, selalu ada inspirasi, serta selalu ada semangat di dalamnya, semangat untuk meningkatkan kualitas diri. Betapa keluarga yang Islami, serta Sakinah Mawaddah Wa Rahmah Wa Da’wah selalu menjadi impian setiap manusia, namun tentu mewujudkannya tidak mudah.

Jawaben pertanyaanku Akh. Kapan atene budal ?

Pertanyaan Maulana yang tak kuduga – duga kembali mengejutkanku. Sudah tidak perlu kutanyakan lagi, apa makna “ budal ” yang disebutkan oleh kawanku ini. Sudah tahu sama tahu. Aku hanya tersenyum, lalu menjawab lirih.

Inshaallah di waktu yang tepat, Akh. Ilmuku belum cukup, dan masih banyak yang harus kupersiapkan Akh.

***

            Bukan hanya menyejukkan, tapi juga menentramkan. Tidak layak jika hanya disebut istana, karena apa yang ada di dalamnya lebih dari sekadar kemuliaan. Betapa aku membayangkan anak - anak kecil yang sejak kecil diperkenalkan dengannya oleh orang tua mereka, kelak akan menjadi sangat dekat dengannya ketik sudah dewasa. Ketika mereka semua masih kecil mereka hanya tahu apa itu Alif, Ba', Ta', Tsa', Jim, dan seterusnya, kelak disinilah mereka akan mengetahui lebih banyak dari itu. Ketika semasa kecil mereka hanya menjadikannya tempat untuk bersuka ria dengan teman - temannya, kelak disinilah mereka akan mengenal apa itu Ukhuwah, dan apa itu Amal Jama'i. Karena disinilah sesungguhnya letak “ladang” itu. Ladang untuk mencetak calon generasi – generasi penerus dan pemimpin masa depan. Masjid.