Minggu, 29 Mei 2016

3738 In Our Hands ... ( Trilogy of "Challenge" part 3 )


" Sesungguhnya Allah mencintai orang - orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan - akan seperti bangunan yang tersusun kokoh. "
( Q.S Ash - Shaff : 4 )

Pagi itu, kulirik sejenak arlojiku sembari memarkirkan sepeda motorku di parkiran sebuah tempat terindah yang membuat siapapun tentram manakala berada di dalamnya, Masjid Manarul Ilmi ( MMI ). Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30. Aku telah tiba lebih awal di MMI, namun tidak dengan kawan - kawanku. Kami janjian untuk mengadakan syuro' rapat koordinasi pagi itu pukul 10.00. Terlalu rajin nampaknya aku ini, fikirku pada saat itu :)

Kumulai mulai syuro' pada pagi hari itu dengan ucapan basmalah, tentunya dengan mukadimah pula. Sungguh, aku sedikit menemukan hal yang berbeda di pagi hari ini. Kawan - kawanku yang biasanya enggan berpendapat, hari ini mereka semua menyampaikan pemikiran - pemikiran kritisnya, jauh dari perkiraanku sebelumnya. Memang benar adanya ; air beriak tanda tak dalam, air tenang menghanyutkan. Disinilah nampaknya aku harus bersikap lebih bijak lagi untuk memaksimalkan potensi kawan - kawanku, untuk bersama - sama menyukseskan dakwah...

***

"Akh, aku ingin meminta pendapatmu. Sebetulnya apa salahku sekarang ini ? Aku sudah berusaha maksimal. Tapi kenapa malah terjadi salah faham begini ? "
" Sebetulnya Syahdan nggak salah. Ana faham, Syahdan sudah melakukan apa yang seharusnya Syahdan lakukan. Hanya saja, ada beberapa hal di dalam diri Syahdan yang harus diperbaiki. Mungkin ketika menghubungi teman - teman kemarin, ketika ngajak kumpul, ketika syuro' di social media, Syahdan kurang bisa santai sedikit. "
" Kalau hanya masalah itu, ana yakin masalahnya tidak sampai berat seperti ini Akhi. Namun nyatanya ? Besok sudah hari terakhir, dan kenapa permasalahan justru semakin rumit ? "

Aku yang semenjak tadi siang berusaha untuk tersenyum, menyembunyikan segala beban yang ada di dalam fikiranku ini, detik ini aku sudah tak mampu. Di hadapan kedua sahabatku, Habib dan Rama, aku tumpahkan semua beban fikiranku. Hal yang membuat hatiku menangis semenjak berhari - hari yang lalu tidak sanggup lagi kusembunyikan. Sungguh, berkeluh kesah dan mengeluh dihadapan orang yang dipimpin merupakan hal yang tidak sepatutnya kulakukan. Aku pun sudah berusaha hanya mengadukan permasalahan ini kepada Allah. Namun nampaknya Allah mengutus kedua sahabatku, Habib dan Rama untuk mendengarkan keluh kesahku...

" Ingat Akh. Allah menurunkan cobaan itu pasti sesuai kapasitas hambanya. Kamu coba bayangkan, belum tentu teman - teman yang lain kuat manakala diberikan cobaan sepertimu ini. Ini adalah momen dimana Allah meningkatkan derajatmu. Tinggal bagaimana kamu sikapi, terus maju kedepan atau mengeluh dan menangis tanpa berbuat apa - apa ! "
" Iya dan, bener yang dibilang Habib. Sejak kemarin, aku sudah melihat usahamu. Ya mungkin ini salah satu pertimbanganku kenapa ketika musyawarah penentuan koordinator tim, aku mengusulkanmu. Karena apa ? Karena mentalmu yang paling kuat diantara kita semua, dan karena usahamu paling kenceng kalo dilihat dari proker - proker sebelumnya. Walau memang benar, kamu belum bisa merangkul teman - teman semuanya. "

Pemaparan Rama dan Habib sedikit membuatku tenang, namun belum kutemukan apapun, apa yang harus kulakukan keesokan harinya,

" Lalu apa yang harus kulakukan besok, Akhi ? "

Habib menepuk pundakku lalu menjawab singkat,

" Just do it, dan hadapi dengan tegar ! Jangan jadi pengecut. "

***

Angin segar yang berhembus pagi ini, seakan membawa kesejukan tersendiri bagiku. Bukan karena hari ini aku akan mendapatkan penghargaan, bukan pula karena aku ingin bertemu dengan orang yang "spesial". Namun karena sebentar lagi, bebanku akan segera terlepas. Namun tidak dengan tanggung jawab untuk 1 tahun mendatang. Tepat seminggu yang lalu, konflik internal telah terselesaikan. Aku telah mengambil sebuah keputusan yang bulat, setelah melakukan Istikharah pada dini hari. Memang pada buku - buku kepemimpinan dan motivasi yang sering kubaca, keputusan yang terbaik adalah keputusan yang benar - benar menguntungkan kedua belah pihak, dan tiada berat sebelah sedikitpun. Namun aku sadar, bahwa menerapkan tidak semudah menuliskan itu semua dalam kata - kata. Selalu ada yang dikorbankan, dan selalu ada yang harus mau berkorban...

Kupijaki tangga satu per satu sembari mengucapkan basmalah dan untaian tasbih. Apapun yang terjadi pada hari ini, pasti inilah jawaban dari lika - liku perjalanan yang telah aku dan teman - teman lewati sejak kemarin, fikirku pada saat itu. Teringat kembali ucapan "pendahulu - pendahulu" ku, bahwa memang belum pernah ada permasalahan seperti ini di organisasiku saat ini, dan inilah yang pertama kalinya. Sekilas aku membayangkan, betapa senangnya apabila aku menjadi bagian dari mereka yang tahun lalu berjuang, alangkah senangnya apabila aku tidak mengalami ini semua. Namun, kutepis fikiran itu dengan segera, karena hanya Allah lah yang berhak mengatur skenario kehidupan atas hamba yang diciptakannya sendiri. Allah lah yang memiliki kuasa atas segalanya, dan kita tidak punya hak untuk memaksakan kehendak kepada-Nya. Apa yang kualami saat ini tidak seharusnya kujadikan alasan untuk manja, mengeluh..

" Innalillahi wa Innailaihi Rajjiun, telah terpilih saudara Rama sebagai ketua umum pada periode kepengurusan 1437 - 1438 H. Semoga bisa menjalankan amanahnya dengan baik. "

***

Terimakasih banyak kepada teman - teman BPFA, yang telah berkontribusi, yang telah bersusah payah mempersiapkan kepengurusan setahun mendatang. Terimakasih kepada teman - teman DPH dan DPP KINI 3637 H yang telah banyak memberikan ilmu dan segudang pengalaman baru kepada kami semuanya.

:'))

Dimanapun kita berada nanti, apakah nanti kita masih berada di bingkai yang sama maupun tidak, ingatlah selalu bahwa kita semua pernah dibersamakan disini, di dalam bingkai yang sama..."
( Noer M Syahrizal )

#From 3637 to 3738


Surabaya, 29 Mei 2016

Based On True Story, dengan pengubahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar