Jumat, 13 Mei 2016

Disinilah Ladangnya...

A’uudzubillahiminassyaithaanirrajim…
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin…
…..

Hayoo, siapa sahabat Rasulullah SAW yang kaya raya, yang selalu menafkahkan hartanya untuk keperluan perang Rasulullah ? Ada yang bisa jawab ?
Saya buu…
Nggakmauu, aku dulu yang jawab … aku tau jawabannyaa !!
Nggak, pokoknya aku..
Sudah – sudah , nggak boleh rebutan yaaa. Nanti masing – masing boleh jawab..

Siapa Nabi yang tidak punya Ayah ??
Saya mau jawab Bu. Nabi Adam dan Nabi Isa
Yaa, pinterrr…

Suasana pagi yang mendung, yang umumnya menggodaku untuk melanjutkan tidurku ba’da shalat shubuh, namun tidak demikian dengan pagi ini. Udara pagi yang dingin, serta hujan yang mulai turun rintik – rintik, tidak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke kampus hari ini. Bukan untuk kuliah, namun untuk menghadiri mentoring bersama kedua orang sahabatku ; Maulana dan Wawan.

Seperti biasa, suasana Masjid Manarul Ilmi ITS atau yang biasa disebut MMI tidak pernah sepi pada hari Sabtu maupun Minggu. Selalu dipenuhi oleh anak – anak kecil yang belajar mengaji, mengikuti liqo’ ( pengajian kelompok / mentoring ), ataupun hanya sekadar bermain – main di dalam Masjid. Keceriaan anak – anak kecil tersebut semakin memperindah suasana pagi ini. Tidak hanya anak – anak kecil saja, namun MMI dipenuhi pula oleh Bapak – bapak dan Ibu – ibu. Terlihat pula beberapa anak kecil sedang muraja’ah atau menghafal Al – Qur’an bersama dengan Ayah mereka.

***

Ul, entah mengapa setiap aku ke manarul hari Sabtu ato minggu, kok semacam dapet inspirasi gini ya
Kenopo Akh ? Ya itulah Masjid. Senantiasa memberikan kesejukan setiap kali kau memandangnya. Apalagi jika engkau berdiam di dalamnya.
Bukan itu Akh. Aku sering ngebayangin. Seneng ya punya keluarga kayak mereka – mereka yang setiap sabtu minggu sering ke manarul sekeluarga. Bahkan aku liat ayah sama anaknya hafalan bareng. Ato ke masjid bareng istrinya. Kok rasanya ini so sweet banget ya kalo menurutku.
Uwes Akh. NDANG BUDAL !!!
Opo se hahahaha

Kami berdua pun tertawa lepas sembari berjalan meninggalkan masjid ba’da dhuhur. Ya, topik pembicaraan tentang “nikah”, “istri”, “anak”, “keluarga” seakan menjadi topik yang tiada habisnya untuk dibahas. Selalu ada yang menarik, selalu ada inspirasi, serta selalu ada semangat di dalamnya, semangat untuk meningkatkan kualitas diri. Betapa keluarga yang Islami, serta Sakinah Mawaddah Wa Rahmah Wa Da’wah selalu menjadi impian setiap manusia, namun tentu mewujudkannya tidak mudah.

Jawaben pertanyaanku Akh. Kapan atene budal ?

Pertanyaan Maulana yang tak kuduga – duga kembali mengejutkanku. Sudah tidak perlu kutanyakan lagi, apa makna “ budal ” yang disebutkan oleh kawanku ini. Sudah tahu sama tahu. Aku hanya tersenyum, lalu menjawab lirih.

Inshaallah di waktu yang tepat, Akh. Ilmuku belum cukup, dan masih banyak yang harus kupersiapkan Akh.

***

            Bukan hanya menyejukkan, tapi juga menentramkan. Tidak layak jika hanya disebut istana, karena apa yang ada di dalamnya lebih dari sekadar kemuliaan. Betapa aku membayangkan anak - anak kecil yang sejak kecil diperkenalkan dengannya oleh orang tua mereka, kelak akan menjadi sangat dekat dengannya ketik sudah dewasa. Ketika mereka semua masih kecil mereka hanya tahu apa itu Alif, Ba', Ta', Tsa', Jim, dan seterusnya, kelak disinilah mereka akan mengetahui lebih banyak dari itu. Ketika semasa kecil mereka hanya menjadikannya tempat untuk bersuka ria dengan teman - temannya, kelak disinilah mereka akan mengenal apa itu Ukhuwah, dan apa itu Amal Jama'i. Karena disinilah sesungguhnya letak “ladang” itu. Ladang untuk mencetak calon generasi – generasi penerus dan pemimpin masa depan. Masjid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar