Minggu, 20 Desember 2015

Ketika Hati Harus Memilih


Ya Allah, jagalah (fulanah) agar tetap senantiasa berada di dalam lindunganmu...
Jagalah dirinya untukku, dan jagalah diriku untuknya...
Ya Allah, tambatkanlah hatiku kepada wanita yang tepat...
Wanita yang kelak mampu meningkatkan rasa cintaku kepadamu...
Wanita yang shalihah, serta yang mau menerimaku apa adanya...
Ya Allah, jikalau (fulanah) adalah yang terbaik untukku..
Mudahkanlah jalan kami..
Dekatkanlah hati kami...
Serta satukanlah kami kelak dalam ikatan pernikahan yang suci dan halal...
Namun jikalau (fulanah) bukan yang terbaik untukku...
Maka berikanlah hamba ketabahan, dan gantilah dengan yang lebih baik...

Ya, do'a itulah yang tak henti-hentinya kupanjatkan setiap hari diriku menjalani kehidupan. Entah dalam sujudku, dalam tasbihku, bahkan dalam setiap perenunganku. Aku pun tidak tahu kenapa sebabnya, namun do'a itulah yang menentramkan hatiku tiap kali aku merindukan seseorang. Sahabatku yang selalu menjadi inspirasi ku, Itqon, mengajarkanku untuk berdo'a demikian manakala hatiku gelisah. "Kegelisahan itu wajar ketika dirimu mencintai seseorang, karena siapapun yang kelak menjadi teman hidup kita sampai matipun masih dirahasiakan. Kitapun tidak bisa menyikapi kegelisahan tersebut dengan cara - cara yang tidak dibenarkan pula dalam agama, karena Islam sendiri pun mengajarkan kita untuk menjaga pandangan dan menjaga hati", mungkin inilah inti dari apa yang sahabatku sampaikan pada saat itu.

Akupun faham tentang itu. Tentang menjaga hati, menjaga pandangan, dan menjaga hawa nafsu tentunya. Tetapi entah mengapa godaan syaitan yang menimpaku saat ini terasa lebih berat dibandingkan dahulu kala. Sesuka apapun aku pada seorang akhwat, aku masih bisa menjaga diri dan hatiku. Namun mengapa disaat aku menyukai seorang akhwat pada saat ini, seringkali kegelisahan menimpaku, bahkan kegelisahan yang benar - benar tidak jelas datangnya dari mana.

Ada apa ini ? Seringkali aku bertanya - tanya dalam hati, inikah yang namanya perasaan sayang ? Inikah yang membedakan antara rasa ketertarikan dan rasa sayang ? Inikah yang dinamakan dengan perang hawa nafsu, dimana seringkali dikatakan oleh guru ngajiku bahwa perang inilah yang jauh lebih dahsyat daripada perang badar ? Aku pun kembali teringat perkataan kawanku, Itqon, tadi malam yang membuatku agak sedikit tertohok, "Syaitan itu menggoyahkan iman manusia melalui 3 perantara ; Harta, Takhta, dan Wanita. Namun menurutku pribadi, godaan melalui Wanita inilah yang bener - bener kuat.".

Aku pun teringat kembali perkataan temanku satu organisasi di ITS, Haryo, ketika kami bertemu di acara PSI 2 yang tidak kalah membuatku tertohok kembali ketika aku mengingatnya, "Sesuka - sukanya kamu sama lawan jenis, tapi jangan mau lah kalah sama yang namanya perasaan. Kalo kamu gampang gelisah kayak gini, trus kamu terlalu takut buat kehilangan akhwat yang kamu sukai sekarang sampe - sampe kamu mikirin itu berlebihan, berarti kamu kalah sebelum bertempur."

Cinta itu memang fitrahnya manusia, karena cintalah suatu ukhuwah dapat terbangun. Karena cintalah, dunia ini bisa terasa nyaman dan tentram. Namun ketika kita menempatkan cinta itu di posisi yang salah dan kita tidak bisa bijak mengelolanya, maka cinta tersebut akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Cintailah seseorang karena Allah, agar dirimu merasa tentram dan tidak gelisah. Ketika rasa cinta kita kepada seseorang itu semakin meningkatkan keimanan kita kepada Allah, kualitas ibadah kita, serta kualitas pribadi kita, maka itulah yang dinamakan mencintai karena Allah.

Ketika hati harus memilih...
Mencintai seseorang karena Allah dalam diamku...
Atau mencintai seseorang dengan hawa nafsu...
Pastilah setiap orang berakal memilih yang pertama...
Namun ketika dihadapkan pada realita...
Akankah kita tetap istiqomah dengan pilihan kita yang pertama...
Atau justru hati kita tergoyahkan...

Suasana malam yang benar - benar tenang dan syahdu, benar - benar membawa alam fikiranku pada perenungan ini. Belum mampu untuk kujawab syair diatas, meski sudah berulangkali kutuliskan ke dalam buku catatanku. Namun kugoreskan tekad dalam hati ini, aku akan terus berusaha untuk memilih yang pertama....


Surabaya, 20 Desember 2015 ; 18.10



Dalam sebuah perenungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar