Kamis, 27 Agustus 2015

Zero Mind State


"Pada suatu ketika, ada sebuah pesawat terbang yang memasuki zona merah di awan hitam yang tebal dan berpotensi untuk menghasilkan kilat. Pesawat ini tiba - tiba hilang kendali dan menukik tajam kebawah. Sang pilot yang menjadi tumpuan para awak pesawat pada saat itu pun panik. Ia berfikir bahwa pesawat ini pasti akan hancur berkeping - keping. Ia pun mengosongkan fikirannya sembari terus bertasbih kepada Allah, menutup matanya, lalu kemudian terdengar suara seperti baja ratusan ton meluncur diatas sungai... Subhanallah, pesawat tersebut ternyata sudah terapung di atas air dan tidak hancur berkeping - keping ... Tidak ada penumpang yang meninggal, walaupun banyak yang mengalami luka berat."

Pernahkah teman - teman mengalami kejadian yang hampir mirip dengan kejadian di atas ? Walau bukan benar - benar kejadian pesawat jatuh yang dialami teman - teman, namun kejadian dimana teman - teman sudah nggak bisa berbuat apa - apa lagi, sudah tinggal pasrah menunggu keajaiban lah istilahnya. Yap, itulah yang disebut Zero Mind Process atau ada pula yang menyebutnya Zero Mind State. Mungkin istilah ini tidak asing bagi kita semua yang pernah mengikuti seminar - seminar motivasi atau ESQ training. Pada seminar ESQ umumnya, Zero Mind State ini identik dengan sesi "Nangis - nangis" kalo sahabat saya dulu bilang :p, hahahaha. Saat ada seminar ESQ, selalu ada sesi di ujung acara dimana trainer atau pemateri ESQ benar - benar mengondisikan suasana menjadi sesedih mungkin dengan memaparkan berbagai ilustrasi, bahkan musik - musik melankolis yang membuat hati kita trenyuh manakala mendengarnya. Nah, sebenarnya apa yang dimaksud dengan Zero Mind State itu ????

Zero Mind State ( ZMS ) atau Proses Pikiran Bersih, adalah istilah khusus yang digunakan untuk menunjukkan kepasrahan penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT dalam kondisi apapun. Ary Ginanjar, seorang motivator terkenal di Indonesia pernah memaparkan suatu hal yang menarik dalam salah satu video ESQ nya. Dalam videonya, ia menyebutkan rumus - rumus menarik terkait kehidupan manusia, setelah sebelumnya membahas tentang problematika dalam kehidupan ini, khususnya dalam bidang spiritual yang kerap terjadi di kehidupan Alam Semesta ini, misalnya masalah tentang manusia yang tidak jujur dalam memimpin, manusia yang bahkan belum mengenali dirinya sendiri, dan lain sebagainya. Ia membuka narasinya dengan mengilustrasikan bumi yang begitu kecilnya dan hanya tampak seperti butiran debu jika dibandingkan dengan planet - planet di sekitarnya. Ini semua mempertegas fakta bahwa memang sudah seharusnya manusia berserah diri kepada Tuhannya, atas apa yang menimpa dan terjadi pada dirinya sendiri. Agar mempermudah kita dalam memahami pemaparan dari Ary Ginanjar ini, saya akan memberikan contoh yang lebih sederhana lagi...

Bagi teman - teman yang saat ini sudah mahasiswa, coba kita ingat kembali saat - saat dimana kita menjalani seleksi masuk perguruan tinggi negeri se - Indonesia, atau kalau sekarang bisa disebut SBMPTN. Bayangkan kembali perasaan kita saat sebelum masuk ruangan. Pasti di saat itu jantung kita benar - benar berdetak tidak karuan, fikiran kita yang terus membayangkan sulitnya soal - soal ujian yang akan kita hadapi, serta hati kita yang terus bertanya - tanya ;

"Apakah aku nanti pasti bisa mengerjakan?"
"Aku memang sudah mempersiapkan diri sejak 1 tahun lalu, namun apakah nanti aku pasti masih ingat semuanya ? Dan bagaimana jika aku tiba - tiba lupa ?"
"Bagaimana jika nanti di ruangan ada kesalahan teknis yang justru merugikan aku ?"

dan pasti banyak pertanyaan lain yang bergejolak dalam hati kita pada saat itu. Kemudian setelah kita semua selesai ujian, mari kita bayangkan kembali raut muka kita saat keluar ruangan. Mungkin ada yang raut mukanya riang gembira, namun tidak sedikit pula yang raut mukanya suram. Selesai ujian pun, pasti banyak dari kita yang masih saja bertanya - tanya dalam hati ;

"Sulit sekali yang kukerjakan tadi ? Apa iya bakalan lolos ?"
"Memang ada soal - soal yang aku bisa tadi. Namun sainganku adalah calon mahasiswa dari seluruh Indonesia, dan pasti banyak dari mereka yang nilainya nanti sama dengan aku. Mampukah aku memperebutkan 1 buah kursi di Perguruan Tinggi impianku dengan jutaan calon mahasiswa dari Sabang sampai Merauke ?"
"Sudah bertahun - tahun aku menyusahkan orang tuaku semasa sekolah. Apakah aku tega menyusahkan kedua orang tuaku lagi lantaran harus masuk Perguruan Tinggi Swasta yang mahal karena tidak lolos tes ? Anak macam apa aku ini jika sampai seperti itu ?"

disaat - saat penuh gejolak itulah kita semua pasti ingin semuanya baik - baik saja dan berjalan sesuai rencana, namun ingatlah disaat itu kita pun tidak bisa berbuat apa - apa, kita tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa memasrahkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang telah kita perjuangkan detik tersebut dan sebelum - sebelumnya. Kira - kira pada situasi inilah yang menggambarkan dimana kita sedang mengalami fase "Pikiran Bersih" atau Zero Mind State...

Masyaallah, sungguh luar biasa bentuk kepasrahan kepada Sang Maha Pencipta mampu menghasilkan suatu pencapaian yang terkadang tidak kita duga - duga sebelumnya. Ary Ginanjar memberikan rumus final yang menarik terkait kepasrahan ini, yaitu :


Rumus ini mungkin memang kerap kita kenal dalam ilmu matematika. Namun sesungguhnya, terdapat filosofi kehidupan yang menarik dari teorema ini. Disini angka 1 menujukkan keberadaan Allah SWT sebagai pembilang ( di atas ), sementara angka 0 menunjukkan "Pikiran yang Bersih dan Pasrah" dalam diri manusia sebagai penyebut ( dibawah ), yang menghasilkan sesuatu yang bernilai tak terhingga, tak terduga - duga, atau diluar nalar manusia. Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah dan rumus diatas adalah bahwa apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita yang jika kita landasi dengan kepasrahan penuh kepada Allah SWT setelah BERUSAHA SEMAKSIMAL - MAKSIMALNYA, akan membuat diri kita menjadi sosok insani yang tangguh dan mampu ditempa oleh berbagai cobaan. Saat kita berusaha atau berikhtiar, terkadang kita khawatir terlebih dahulu terhadap hasil. Tetapi jika kita memasrahkan hasil sepenuhnya kepada Allah, kita akan mendapatkan segala sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan. Karena PASRAH bukan berarti KALAH, dan BERSERAH DIRI bukan berarti PENGECUT. Jikalau memang kita mendapatkan apa yang kita inginkan, itu adalah nikmat yang Allah limpahkan kepada kita. Namun jikalau kita belum bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, yakinlah bahwa Allah memiliki rencana yang jauh lebih indah dibalik itu semua.

"...Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar - benar orang yang beriman" ( Q.S Al - Ma'idah : 23 )

Selamat beraktivitas kawan - kawan, semoga hari ini bisa menjadi hari terindah untuk kita semuanya :)



~ Inspired by True Story

~Sumber : http://www.kompasiana.com/radipt/zero-mind-process-kekuatan-berserah-diri_552aedc06ea834c542552d41 ( dengan pengubahan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar